Senin, 20 Agustus 2012

Akhlaq Yang Terpuji


Berbuat Baik
Pada Semua Orang

Oleh : Dr. H.M. Nasim Fauzi



Motto :


================================================================
1. Berbuat baiklah pada semua orang.
2. Jangan mengharap orang-orang yang kita selalu berbuat  baik pada mereka itu, berbuat baik juga pada kita.
3. Bila demikian, kita akan selalu kecewa.
4. Balaslah kejelekan dengan kebaikan.
=================================================================

Pendahuluan
Bangsa Indonesia sekarang sedang berada dalam krisis. Dimulai dari krisis moneter dengan anjloknya nilai rupiah yang segera menimbulkan krisis ekonomi, kemudian menimbulkan krisis politik (jatuhnya Orde baru). Selanjutnya terjadi kerusuhan massal dimana-mana, kerusakan lingkungan yang parah serta meningkatnya krisis akhlak akibat tidak adanya keteladanan yang baik dari para pemimpin (uswatun hasanah).
Makalah ini bermaksud memberi sumbangan kecil di bidang akhlaqul-karimah (budi pekerti yang mulia).
I. Berbuat Baik Pada Semua Orang.
Penilaian Baik-buruk Suatu Perbuatan
Penilaian baik/buruk suatu perbuatan termasuk dalam kajian Etika/Sopan Santun/ Akhlak.
Suatu perbuatan dinilai sebagai baik atau buruk dapat dilihat dari:
a. Adat istiadat suku bangsa
b. Opini masyarakat
c. Hati nurani
d. Fikiran/akal/ratio dan filsafat Barat khususnya hedonisme.
e. Agama
Dengan semaraknya media audio visual modern (koran, majalah dan TV) adat istiadat mulai luntur digantikan oleh budaya dunia modern yang sangat dipengaruhi oleh budaya barat. Budaya barat terutama berdasarkan filsafat kebahagiaan (hedonisme). Opini masyarakat sangat dipengaruhi oleh tayangan media.
Filsafat Kebahagiaan (hedonisme)
Filsafat ini dipelopori oleh ahli filsafat Yunani, Epicurus (341-270). Perbuatan manusia dapat dikatakan baik bila ia mendatangkan kebahagiaan, nikmat/kelezatan. Kenikmatan disini meliputi nikmat jasmani dan nikmat rohani. Nikmat rohani dinilai lebih mulia daripada nikmat jasmani. Kebahagiaan dapat dirasakan oleh diri sendiri (egoistic hedonism) atau kebahagian bersama (universal hedonism). Kebahagiaan bersama harus menjadi pokok pandangan setiap orang. Suatu perbuatan bernilai keutamaan bila menghasilkan kebahagiaan kepada manusia, meskipun menghasilkan kepedihan kepada sebagian kecil orang, termasuk diri sendiri.
Filsafat hedonisme ini bersifat relatif menurut tempat dan waktu. Perbuatan yang membahagiakan masyarakat tertentu mungkin saja dapat merugikan bangsa lain.
Penilaian baik-buruk menurut hati-nurani
Apakah hati-nurani itu ?
Menurut Sidi Gazalba alat etika disebut hati-nurani, atau suara hati, ada pula disebut orang hati-sanubari atau dalam bahasa Melayu disebut hati kecil. Hati-nuranilah yang menyalahkan atau membenarkan tindakan kita. Apabila kita melakukan tindakan jahat, timbul sesal dalam hati. Terjadilah dialog dalam diri. "Kenapa engkau lakukan itu? Pantaskah engkau kerjakan demikian?" dsb. Budi kita mencari-cari alasan untuk membela diri. Hati-nurani itu menuntut, menyalahkan kita. Sebaliknya, kalau kita melakukan tindakan baik timbul kepuasan dalam hati. Tidak ada pertengkaran antara hati dan budi.
Ada kalanya hati-nurani memberi petunjuk akan peristiwa yang akan terjadi. Ini adalah hati-nurani yang memberi petunjuk (index).
Sering pula hati-nurani berdialog dengan diri kita yang menyesalkan tindakan yang salah. Ini adalah hati-nurani yang mengadili (judex).
Terhadap tindakan jahat yang dialami, sering hati berkehendak membalas. Ini adalah hati-nurani membalas kejahatan (vindex).
Teori-teori hati nurani
Masalah tentang hati-nurani dapat dijawab oleh tiga teori dan ajaran Islam.
1. Hati-nurani itu adalah asli. Adanya bersama-sama dengan adanya jiwa. Dengan demikian ia merupakan bakat atau pcmbawaan.
2. Hati-nurani bukan bakat atau pembawaan, tapi didapatkan dari luar, sehingga boleh dijadikan baik atau tidak.
3. Teori ketiga merupakan sintesa antara yang pertama dan kedua. Hati-nurani sudah ada semenjak manusia lahir, tapi berkembang menurut pcngaruh dari luar (lingkungan, pendidikan dan pengalaman).
Gerak hati
Islam mengajarkan tentang gerak hati. Malaikat atas suruhan Tuhan menggerakkan hati kepada yang baik, sebaliknya setan membisikkan kepada yang jahat. Akal menampung kedua gerak itu dan memberi keputusannya. Kalau diterimanya gerak hati yang berasal dari malaikat, lahirlah laku perbuatan yang baik. Sebaliknya kalau bisikan setan yang diterimanya, timbullah laku perbuatan yang jahat. Maka perlulah akal itu diisi dengan ilmu melalui budi dan dengan agama melalui hati, sehingga dengan penerangan ilmu dan agama, akal tidak sesat jalan dalam memberikan putusannya.
Kesimpulan masalah hati nurani:
Masalah hati-nurani rumit sekali. Mula-mula ia objektif, sesudah itu dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, bercampur dengan pemikiran, sehingga ia disamakan orang dengan pemikiran. Hati-nurani individu amat dipengaruhi oleh hati-nurani kolektif (masyarakat). Batasnya amat tidak pasti, nisbi dan sukar menentukannya.
Berbuat Baik pada Semua Orang Menurut Agama Islam
Berbuat baik pada semua orang termasuk akhlaqul karimah. Rasululah Saw. bersabda : "Mu'min yang paling sempurna imannya adalah yang baik akhlaqnya". (HR. Abu Dawud).
Berbuat baik sesuai tuntunan agama tidak selalu berbuah kesenangan di dunia, tetapi pasti akan mendapatkan kebahagian di akhirat.
Uraian berikut penulis kutip dari buku Akhlaq Islam, karangan K.H. Abdullah Salim.
Akhlak kepada Sesama Manusia
Akhlaq atau berbuat baik pada sesama manusia di antaranya sebagai berikut :
1. Menghormati perasaan manusia lain
Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak termasuk muslim apabila bersikap penohok, pela'nat, sikap kejam dan pencaci" (HR. Tirmidzi).
2. Memperlihatkan sikap bermuka manis
Memperlihatkan sikap bermuka manis, mencintai saudara sesama muslim sebagaimana mencintai dirinya sendiri, menyenangi apa yang menjadi kesenangannya dalam kebaikan.
Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak dikatakan seorang muslim, sehingga dia menyenangi apa yang disenangi oleh saudaranya, sebagaimana dia menyenangi apa yang disenanginya" (HR. Bukhari, Muslim).
3. Pandai berterima kasih
Rasulullah Saw. bersabda : "Tidak dapat bersyukur kepada Allah orang yang tidak pernah berterima kasih atas kebaikan orang lain" (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
4. Memenuhi janji
Janji adalah amanah yang wajib dipenuhi, baik janji untuk bertemu, janji membayar hutang, maupun janji mengembalikan pinjaman.
Alloh Swt. berfirman:
"Dan penuhilah janji-janji tatkala kamu berjanji, dan janganlah kamu mengingkari itu, sebab kamu telah menjadikan Allah sebagai pemelihara. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. An-Nahl 16: 91).
5. Tidak boleh mengejek
Alloh Swt. berfirman:
"Wahai ummat yang beriman, jangan kamu menghina suatu kaum, sebagian terhadap sebagian yang lainnya, barangkali kaum yang kamu hinakan itu mempunyai kelebihan dan pada yang menghina" (QS. Al-Hujurot 49:11).
6. Jangan mencari-cari kesalahan
Alloh Swt. berfirman:
"Dan janganlah mengumpat atau menceritakan kesalahan sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, sukakah kamu memakan daging saudaramu yang sudah menjadi bangkai, sedangkan kamu membencinya?" (QS. Al-Hujurot   4912).
7. Jangan menawar sesuatu yang sedang ditawar orang lain
Dalam hadits riwayat Ibnu 'Umar dijelaskan: "Janganlah kamu menjual atau menawarkan sesuatu yang. sedang ditawarkan oleh saudaramu". (HR. Bukhori).
Akhlak terhadap Sesama Muslim
1. Menghubungkan Tali Persaudaraan.
Dalam hadits Rasulullah Saw. bersabda sebagai berikut: "Sesungguhnya semua hamba Allah itu bersaudara". (HR. Abu Dawud).
Sifat bersaudara harus saling mencintai dan saling mengunjungi. Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak beriman seseorang dan kamu sehingga cinta kepada saudaranya, sebagaimana cinta pada dirinya sendiri". (HR. Bukhori, Muslim, Tirmidzi dan Nasa'i).
Tidak memutus tali persaudaraan.
Allah Swt. berfirman:
"Dan orang-orang yang memutuskan sesuatu (persaudaraan) yang diperintahkan Allah agar selalu dihubungkan, dan mereka yang membuat kerusakan atas bumi, mereka mendapatkan la'nat Allah dan mereka akan mendapatkan tempat tinggal yang sangat menyusahkan". (QS. Ar-Ro'd 13: 25).
2.   Saling Tolong menolong.
Perintah tentang tolong menolong sesama ummat muslim di sebut dalam Al-Qur'an:
"Saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan kamu tolong menolong berbuat dosa dan permusuhan". (QS. Al-Maidah 5: 2).
"Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, karena itu ia tidak menganiaya saudaranya, tidak merendahkan derajatnya dan tidak menganggapnya sepele dan hina". (HR. Dawud)
3. Membina Persatuan.
Kewajiban adanya suatu ikatan yang terpadu dalam suatu jamaah, digariskan Allah Swt. dalam Al-Qur 'an:( "Dan berpegang teguhlah kamu dengan tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai". (QS. Ali 'Imron 3: 103)
4. Waspada dan menjaga keselamatan bersama.
Allah Swt. berfirman:
"Saling menasehatilah tentang kebenaran dan saling menasehatilah dengan kesabaran". (QS. Al 'Ashr : 3).
5. Berlomba mencapai kebaikan.
Perintah tentang keharusan berlomba untuk kebaikan dinyatakan Allah di dalam Al-Qur 'an:
"Dan saling berlombalah kamu untuk berbuat kebaikan di mana kamu berada". (QS.Al-Baqoroh 2: 148).
Dari perintah berlomba dalam kebaikan ini, tersirat suatu larangan iri dan dengki terhadap kemajuan bagi pribadi-pribadi ummat muslimin. Rasulullah Saw. bersabda:
 "Tidak boleh iri, kecuali terhadap dua hal: Pertama terhadap seorang yang diberi ilmu, kemudian dengan ilmunya itu ia banyak beramal demi kebaikan ummat. Kedua, iri terhadap orang kaya, yang dengan kekayaannya yang banyak itu dihabiskannya untuk perjuangan membela kebenaran (agama). (HR. Bukhori dan Ahmad).
6. Bersikap adil.
Perhatikan petunjuk Ilahi dalam Al-Qur'an:
"Berilah maaf dan anjurkanlah orang untuk berbuat adil dan hindarilah pergaulan dengan orang-orang bodoh (kecuali untuk mendidik mereka)". (QS. Al-A'roof:199).
7. Tidak boleh mencela dan menghina.
Dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
 "Jangan kamu saling mendengki, saling membenci, saling mencari kesalahan yang lain, saling mengumpat dan jangan pula saling menipu. Tetapi jadilah kamu hamba-hamba Allah penuh persaudaraan." (HR. Bukhori dan Muslim).
8. Tidak boleh menuduh dengan tuduhan fasiq atau kafir.
Rosulullah Saw. bersabda:
 "Janganlah seseorang itu melontarkan kata fasiq dan kafir, kecuali kepada orang yang murtad. Apabila kata itu tidak benar, maka akan kembali kepada yang mengatakan" (HR. Bukhari dan Ahmad).
9. Tidak boleh bermarahan
Sabda Rosulullah Saw.: "Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari" (HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Muatho dan Ahmad).
10.  Memenuhi janji
Alloh Swt. berfirman:
"Penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan dipertanggung-jawabkan" (QS. Al-Israa' 17: 34).
Rosulullah Saw. bersabda:
"Empat sifat yang bila melekat semuanya pada seseorang di antara kamu, maka ia adalah munafiq, dan bila salah satu atau sebagian dari sifat itu melekat pada dirinya, berarti melekat pada dirinya sebagian dari sifat munafiq tersebut, sampai ia dapat membebaskan diri dari pada sifat tersebut".
 Perincian 4 sifat itu adalah:
1. Jika diberi kepercayaan, dikhianatinya;
2. Jika berbicara, selalu dibumbui kebohongan;
3. Jika berjanji atau membuat perjanjian, selalu berbuat curang;
4. Jika berbantahan, berbuat keji (tidak bersikap jantan). (HR. Bukhari dan Muslim).
11. Saling memberi salam
Sabda Alloh Swt.
"Apabila kamu diberi penghormatan (salam), hendaklah kamu balas dengan penghormatan yang lebih baik, atau sama-seimbang". (QS. An-Nisa' : 86).
Dari Abu Huroiroh Ra., berkata Rosulullah Saw.: "Yang berkendaraan lebih dulu mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki; yang berjalan kaki lebih dulu mengucapkan salam kepada yang duduk; dan rombongan yang sedikit lebih dulu mengucapkan salam kepada rombongan yang lebih banyak, orang muda lebih dulu mengucapkan salam kepada yang lebih tua" (HR. Bukhori).
12.  Menjawab bersin
Apabila seseorang bersin didekat saudara sesama muslim dan ia mengucapkan kata "Alhamdulillah", maka jawablah dengan memberikan do'a kepada yang bersin tersebut dengan ucapan: "Yarhamukalloh" (Semoga Allah memberi rohmat/kesembuhan atas kamu). Yang bersin menjawab: "Yaghfirullohu li walaka" (Semoga Allah mengampuniku dan mengampunimu). "Yahdikumullohu wa yuslih balakum" (Semoga Alloh memberi petunjuk kepadamu dan membuat baik hatimu) (HR. Bukhari).
13. Melayat mereka yang sakit
Hadits Rosulullah Saw. sebagai berikut: "Kewajiban muslim atas muslim lainnya ada lima:
1. membalas salam,
2. mengunjungi muslim yang sakit,
3. mengiringi (menyelenggarakan) jenazahnya,
4. memenuhi undangannya, dan
5. mendo'akan mereka yang bersin" (HR. Bukhori dan Muslim).
14. Menyelenggarakan pemakaman jenazah
Apabila ada saudara muslim yang meninggal dunia, maka kewajiban saudaranya yang hidup ialah menyelenggarakan pemakamannya, yaitu:  memandikan, mengkafankan, menshalatkan, mengantarkannya kekubur dan memakamkannya. Semua hal tersebut merupakan kewajiban kifayah, suatu kewajiban yang bisa diwakili oleh seseorang, dan bila mengurus jenazah itu telah terselenggara, maka kewajiban yang lainnya gugur; tapi bila tidak ada seorang pun yang mau melakukannya, maka semuanya menanggung dosa.
15. Bebaskan diri dari suatu sumpah
Alloh Swt. berfirman:
"Allah tidak salahkan kamu dengan sebab sumpah-sumpah kamu yang tidak sengaja. Tetapi Ia salahkan kamu dengan sebab sumpah-sumpah yang kamu sungguh-sungguhkan". (QS. Al-Maidah 5: 89).
Pembebasan diri dari sumpah tersebut, adalah dengan memilih salah satu dan cara-cara berikut ini :
a. Memberi makan 10 (sepuluh) orang miskin, sesuai dengan ukuran diri dan keluarga yang bersumpah.
b. Memberi pakaian kepada 10 (sepuluh) orang miskin;
c. Membebaskan seorang budak sahaya;
d. Puasa selama tiga hari berturut-turut.
16. Tidak bersikap iri dan dengki
Sesuai dengan hadits Rasulullah Saw.: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sampai ia merasa senang dengan kesenangan yang didapat oleh saudaranya, sesuai dengan harapannya hal itu terjadi pada dirinya". (HR. Bukhari dan Muslim).
17. Melindungi keselamatan jiwa dan harta
Nabi Muhammad SAW. bersabda : "Yang disebutkan seorang mu'min, ialah mereka yang mampu memberikan keamanan bagi mu'min lainnya baik keamanan diri, maupun keamanan harta" (HR. Ahmad, Tirmidzi, Al-Hakim).
18. Tidak boleh bersikap sombong
Dengan sikap sombong, orang tidak mungkin mengadakan komunikasi secara wajar dan proporsional, sehingga informasi yang didapatnya selalu salah dan akan mempersukar dirinya sendiri, seperti sikap iblis terhadap Nabi Adam As. yang menyebabkan ia dila'nat Allah. Karena informasi asal kejadian manusia, yang dianggap iblis sangat kurang baik, dibandingkan dengan asal kejadian diri iblis.
Perhatikan peringatan Luqman di dalam Al-Qur'an terhadap anaknya: “Janganlah engkau palingkan mukamu dari manusia dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan sikap sombong, dan sesungguhnya Alloh tidak mencintai tiap pribadi yang congkak dan sombong”. (QS. Luqman [31]:18).
Sabda Nabi Muhammad Saw. : "Janganlah dipaksa seseorang untuk bangun dari tempat duduknya di suatu majelis, agar kamu dapat duduk di tempatnya, tetapi hendaknya kamu saling memberi keluasan dan kelapangan (saling memberi tempat)" (HR. Bukhori dan Muslim).
19. Fitnah dan pengkhianatan adalah sikap tercela
Sabda Alloh Swt.:
"Mereka yang menyiksa seorang laki-laki atau perempuan mu'min untuk kesalahan yang tidak pernah dibuatnya, sesungguhnya orang tersebut memikul suatu dusta besar dan dosa yang nyata" (QS. Al-Ahzab [33] : 58).
"Siapa saja yang berbuat kesalahan atau dosa, lalu menyatakan dirinya bersih dan melemparkan tuduhan kepada orang sebagai pelakunya, sesungguhnya orang tersebut memikul besar dan dosa nyata" (QS. An-Nisa' [4] : 112).
"Sesungguhnya mereka yang menyukai tersiarnya suatu keburukan (aib) dari orang-orang beriman, bagi mereka itu azab di dunia dan di akhirat" (QS. An-Nur [24] :19).
20. Bersifat pemaaf
Sabda Allah sebagai berikut :
 "Hendaklah memberi maaf dan jangan mendendam bukankah kamu suka bahwa Aloah juga memberi ampunan kepada kamu" (An-Nur : 22).
"Siapa saja yang mendapat keampunan dari saudaranya mengenai suatu (telah diberi maaf oleh fihak keluarga yang dirugikan), maka hendaknya ia balas pemberian maaf itu dengan sebaik-baiknya, dan menunaikan kewajiban ganti ruginya dengan cara yang paling baik" (QS. Al-Baqarah : 178).
Berbuat Baik Menurut Quraisy Shihab
Dalam tafsir Surat Al-Ashr, Quraisy Shihab menafsirkan "amilush-sholihat" (mengamalkan pekerjaan-pekerjaan yang baik) dengan "tidak berbuat kerusakan".
Yang dimaksud dengan berbuat kerusakan adalah :
1. Pengrusakan tumbuhan, generasi manusia dan keharmonisan lingkungan, seperti yang diisyaratkan oleh QS Al-Baqarah  2: 205.
2. Keengganan menerima kebenaran (QS Alu 'Imran 3: 63).
3. Perampokan, pembunuhan, dan gangguan keamanan (QS Al-Ma'idah: 32).
4. Pengurangan takaran, timbangan, dan hak-hak manusia (QS Al-Araf 7: 86).
5. Usaha memecah-belah kesatuan (QS Al-Anfal 8: 73).
6. Berfoya-foya dan bermewah-mewah (QS Hud 11: 115-116).
7. Pemborosan (QS Asy-Syua'ara' 26: 152).
8. Makar dan penipuan (QS An-Naml 27: 49).
( 9. Pengorbanan nilai-nilai agama (QS Ghafir: 26).
10. Kesewenang-wenangan (QS Al-Fajr: 12).
Tidak Berfoya-foya, Bermewah-mewah dan Boros
Sebagaimana uraian Quraisy Shihab pada nomor 6 dan 7 di atas, perbuatan-perbuatan ini termasuk berbuat kerusakan. Alloh Swt. telah berjanji akan memenuhi rizki (makanan, minuman dan kesehatan) semua makhluk di bumi sesuai firman-Nya :
"Dan tidak ada suatu binatang melata (makhluk hidup) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Loh-mahfuz). (QS Huud 11 : 6).
Sumber daya alam yang diciptakan Allah hanya bisa mendukung gaya hidup yang wajar/ sederhana. Dengan maraknya gaya hidup barat di seluruh dunia yang cenderung mewah dan boros, telah terjadi kerusakan lingkungan hidup yang parah di mana-mana. Maka, agar bisa mencegah dan memperbaiki kerusakan lingkungan, kita harus merubah gaya hidup ke arah kewajaran/ sederhana, termasuk di dalam masalah ibadah (misalnya tidak berhajji/umroh berkali-kali, uangnya dialihkan untuk menolong yang menderita kekurangan).
II. Jangan mengharap orang-orang yang kita selalu berbuat baik pada mereka itu, berbuat baik juga pada kita.
Dalam kalimat  di atas terkandung sifat ikhlas.
     Uraian di bawah kami kutip dari buku Ikhlas karangan Dr. Yusuf Qardlawi
Pengertian Ikhlas
Ikhlas ialah menyengajakan perbuatan semata-mata mencari keridhaan Allah dan memurnikan perbuatan dari segala bentuk kesenangan duniawi. Dengan demikian, perbuatan seseorang benar-benar tidak dicampuri oleh keinginan yang bersifat sementara, seperti keinginan terhadap kemewahan, kedudukan, harta, popularitas, simpati orang lain, pemuasan hawa nafsu, dan penyakit lainnya.
Firman Alloh :
"Katakanlah! Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb alam semesta. Tiada Sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku...." (QS. Al-An'am 6: 162-163)
Tanda-tanda Keikhlasan
Tanda-tanda keikhlasan ini sangat banyak. Ia dapat dilihat dari kehidupan, perilaku, dan persepsi seseorang, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Berikut ini kami kemukakan beberapa tanda tersebut.
1. Takut akan Popularitas
2. Mengakui Kekurangan Diri
3. Cenderung Menyembunyikan Amal Kebajikan
4. Menyamakan Tugas Seorang Jenderal dengan Tugas Seorang Prajurit
5. Mengutamakan Keridhaan Allah daripada Keridhaan Manusia
6. Cinta dan Marah karena Allah
7. Sabar terhadap Lamanya Perjuangan
8. Merasa Gembira Jika Kawannya Memiliki Kelebihan
Dasar Diterimanya Amal Perbuatan
Suatu amal saleh akan diterima Allah jika ia memenuhi dua rukun.
Pertama, amal perbuatan itu harus didasari keikhlasan dan niat yang murni.
Kedua, amal perbuatan itu harus sesuai dengan sunnah Nabi saw. dan syariat Islam.
Buah Sikap Ikhlas
Sifat ikhlas dapat membuahkan hasil yang baik dan positif pada diri seseorang, di antaranya:
1. Sumber Ketenangan Jiwa
Ikhlas mampu melahirkan ketenangan jiwa dan ketenteraman hati sehingga dada menjadi lapang. Sebab, hatinya terpadu dalam rangka mencari keridhaan Allah. Allah Swt. mengumpamakan seorang mukmin yang benar-benar mengesakan Allah sebagai seorang hamba sahaya yang hanya memiliki seorang majikan.
Firman Alloh:
"Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleb beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja). Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Az-Zumar [39] : 29)
2. Sumber Kekuatan Jiwa
Sesungguhnya, orang yang rakus terhadap harta, kedudukan, pangkat, dan jabatan adalah orang yang sangat lemah. Apalagi jika ia tidak berhasil mencapai keinginannya di dunia. Ia benar-benar tidak berkutik jika harta yang diharapkannya sirna. Seorang yang benar-benar ikhlas karena Allah tidak akan terbujuk oleh iming-iming menggiurkan. Ia juga tidak akan mundur karena tekanan dan ancaman. Ia tidak mungkin menjadi orang yang hina dina karena sangat rakus dan tidak akan berpaling karena dihantui perasaan cemas.
3. Memperpanjang Amal Kebajikan
Orang yang hanya mencari perhatian orang atau memenuhi keinginan perut dan nafsu seksual tidak akan bertahan lama dalam bekerja. Jika apa yang diharapkannya tidak tercapai, ia berputus asa lalu menghentikan pekerjaannya. Begitu pula, seseorang yang bekerja semata-mata untuk mencari popularitas atau mendapatkan kedudukan, akan bermalas-malasan jika apa yang diinginkannya tidak tercapai.
Hal itu berbeda dengan seorang yang berbuat semata-mata karena Alloh. Ia tidak mengenal malas, tidak loyo, dan tidak akan bersikap santai. Ia melakukan semua pekerjaannya didasarkan kepada Allah, Zat Alloh akan tetap kekal selama-lamanya meskipun manusia binasa, demikian pula jika sekalipun semua makhluk-Nya hancur berantakan.
Firman-Nya:
"...Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Al-Qoshosh 2: 88)
Orang-orang saleh berkata, "Semua pekerjaan yang dilakukan karena Allah akan kekal dan sinambung. Namun, pekerjaan yang dikerjakan bukan karena Allah akan segera musnah."
4. Mengalihkan Sesuatu yang Mubah dan Biasa Menjadi Ibadah
Disebutkan dalam suatu hadits bahwa Nabi saw. berkata kepada Sa'ad,
"Sesungguhnya apa saja yang kamu sedekahkan, asalkan kamu landasi niat mencari keridhaan Allah, maka kamu akan memperoleh pahala dari-Nya, sampai-sampai sesuap makanan yang kamu berikan kepada istrimu."
5. Tetap Mendapat Pahala Meskipun Amal Tidak Dilaksanakan atau Diselesaikan
Diriwayatkan oleh Nasa'i dengan sanad sahih dari Abud Darda secara marfu' bahwa beliau berkata,
"Barang siapa mendatangi tempat tidurnya dengan niat akan bangun sholat malam tetapi ia tertidur sampai datangnya subuh maka dituliskan baginya pahala atas apa yang diniatkannya, sedangkan tidurnya dinilai sedekah dari Tuhannya."
Tambahan penulis :
6. Menangkal Godaan Iblis.
Setelah Iblis diusir dari surga karena membangkang dari perintah Allah untuk sujud kepada Adam As, Iblis meminta dan telah diberi waktu sampai hari kiamat untuk menggoda manusia agar masuk neraka bersama dengannya. Iblis berkata:
"Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (QS. Al-Hijr [15] : 39-40)
III. Bila demikian, kita akan selalu kecewa.
Kita sering berbuat baik baik pada orang lain dengan pamrih, ingin dibalas dengan perbuatan baik pula. Merawat dan membesarkan anak, kita ingin anak membalas budi kita. Memberi sesuatu pada orang tua, saudara, tetangga dan kawan kita ingin mendapat balasan. Bersikap ramah terhadap orang lain, kita ingin orang itu ramah juga pada kita.
Karena dunia ini tidak sempurna seringkali harapan kita ini tidak terjadi, sehingga kita kecewa.
Kekecewaaan dapat menimbulkan kemarahan
Timbulnya kemarahan kepada orang lain ada 6 tahap:
Tahap pertama : Saya menginginkan sesuatu."
Kita semua memiliki berjuta-juta keinginan dan harapan. Saya menginginkan kasih sayang, kekayaan, perlakuan yang adil, dihargai, keselamatan, dan saya juga ingin pergi ke bulan, menjadi raja, memiliki semua yang ada di dunia, serta hidup selama-lamanya. Keinginan manusia sama luasnya dengan khayalan. Keinginan adalah sumber segala penemuan, amal, pengetahuan, dan seni.
Tahap ke-dua : "Saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan dan saya merasa kecewa."
Suatu keinginan tidak terpenuhi dan tentu saja banyak keinginan yang mengalami nasib sama. Dari semua keinginan yang  kita miliki hanya sebagian kecil yang terpenuhi. Keadaan ini juga merupakan penyesalan yang tidak dapat dihindari yang harus ditanggung oleh manusia.
Seorang yang bijaksana mengerti bahwa kehidupan ini tidak akan memberikan semua yang ia inginkan. Oleh karena itu, ia puas dengan yang telah ia peroleh, baik melalui kerja keras ataupun nasib baik. Ia menerima segala yang tidak terpenuhi, walau ia telah berusaha sebaik-baiknya. Ia merasa kecewa tetapi tidak marah.
Tahap ke-tiga : "Kalau aku tidak mendapatkan apa yang saya inginkan, maka keadaan jadi sangat tidak menyenangkan."
Secara singkat, yang anda katakan pada diri sendiri dapat berupa : (a) Saya ingin apa yang saya kehendaki tercapai, tidak enak rasanya kalau tidak mencapai segala yang saya inginkan; (b) orang lain yang membuat saya frustasi adalah jahat dan patut mendapat hukuman.
Tahap ke-empat : "Anda tidak boleh membuat saya kecewa! Saya harus memperoleh apa yang saya inginkan."
Nah, sekarang anda meminta diri sendiri menjadi marah. Anda menginginkan sesuatu dan tidak memperolehnya.
Tahap ke-lima : "Anda jahat karena telah membuat saya kecewa"
Kita sekarang sampai pada bagian yang berbahaya dari rangkaian ini. Sampai sekarang anda hanya merasa marah, tetapi tidak perlu harus membenci atau membalas dendam pada orang lain. Tetapi dengan tahap kelima ini, anda telah membuat salah satu penilaian (dari beberapa penilaian lain yang mungkin anda lakukan) yang paling merugikan tentang orang lain. Anda telah mengatakan bahwa seseorang jahat karena ia telah membuat anda kecewa. Anda juga beranggapan bahwa kalau orang itu jahat, maka ia juga berhati busuk, tidak berguna, dan bahwa dirinya dan perilakunya adalah sama jahatnya.
Ada tiga alasan mengapa seseorang berperilaku buruk tanpa dapat dipersalahkan, yaitu: karena kebodohan, ketidaktahuan, dan gangguan emosi.
Kalau anda sudah mencapai tahap kelima ("anda jahat karena telah mengecewakan saya") anda tentu merasa marah. Walaupun demikian, itu tidak berarti anda secara otomatis akan menyakiti orang lain. Bila anda merasa seakan-akan hendak membunuh seseorang tidak berarti anda akan benar-benar membunuhnya. Untuk melakukan hal tersebut anda harus ke tahap selanjutnya.
Tahap ke-enam : "Orang jahat harus dihukum."
Dengan tahap ini anda sampai di suatu titik yang tidak memungkinkan anda kembali lagi. Anda tidak akan berhenti jika anda belum menyakiti orang lain. Tindakan anda tersebut tidak bertujuan untuk memberinya pelajaran, tetapi karena orang itu tidak pantas untuk menerima apa pun selain rasa sakit dan kutukan.
Kalau kita menghadapi persoalan ini secara realistis maka kita akan sependapat bahwa kita akan memperoleh lebih banyak lebah dengan menggunakan madu daripada cuka. Tetapi apakah cara itu cukup berhasil? Tentu saja! Hanya orang-orang tidak normal tetap tidak mempan senyuman, kesopanan, serta perilaku bersahabat. Jika orang yang berurusan dengan anda benar-benar normal, anda boleh yakin bahwa perilakunya akan banyak berubah semakin baik ketika anda tidak lagi memperlakukannya dengan perasaan jijik, melainkan lebih manis serta penuh kasih sayang.
IV. Balaslah kejelekan dengan kebaikan.
Bila kita selalu membalas setiap kejelekan orang kepada kita dengan kejelekan yang sepadan atau bahkan lebih jelek lagi, maka perselisihan tidak akan pernah usai. Meskipun Allah Swt. mengizinkan kita membalas perbuatan jelek sebagaimana firman Allah berikut:
"Sedang balasan bagi suatu kejahatan adalah satu kejahatan yang sebanding dengannya, tetapi siapa saja yang memberi maaf dan memperbaiki keadaan, maka ganjarannya (adalah) atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang zhalim" (QS. Asy-Syura 42: 40).
10 Cara Menangkal Kedengkian Orang Pada Kita
Ibnul-Qoyyim al-Jauziyah dalam bukunya: Tafsir Surah Al-Falaq dan An-Nas menguraikan 10 cara tersebut sebagai berikut :
1. Berlindung kepada Allah, dari kejahatan orang yang dengki.
2. Bertakwa kepada Alloh, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangannya.
3. Bersabar menghadapi musuh, tidak mau membunuhnya dan tidak pernah mengeluh dalam menghadapi gangguan musuh.
4. Bertawakakkal kepada Alloh. Barangsiapa bertawakkal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupi.
5. Mengosongkan hati dari memikirkannya.
6. Menghadapkan diri kepada Alloh, ikhlas kepadanya, dan selalu mencari cinta dan ridlo-Nya.
7. Bertobat kepada Alloh, dari dosa-dosa yang pernah dilakukan, karena dosa-dosa tersebut membuat musuh dapat menguasai kita.
Firman Alloh:
 "Dan apa saja musibah yang menimpamu, adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu senndiri." (QS. Asy-Syura 42: 30)
8. Bersedekah dan beramal saleh. Keduanya sangat besar manfaatnya untuk menolak bencana dan kejahatan orang-orang yang dengki.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
9. Memadamkan kedengkian pendengki dan kejahatan penganiaya dengan cara berbuat baik kepadanya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Misalnya, memberi nasihat dan bersikap lemah lembut, dan perbuatan baik lainnya kepadanya. Cara ini merupakan cara yang paling berat. Tidak ada yang dapat melakukannya, kecuali orang yang mendapat taufiq dari Alloh.
Perhatikan firman Alloh :
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianu-gerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Q.S. Fushshilat 41:34)
10. Ikhlas dalam mengesakan Allah, yang merupakan Zat Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
V. Akhlak Khusus
Menghormati Ibu dan Bapak
Wajib hukumnya menghormati kedua orang tua, yaitu berbakti, menta'ati perintahnya dan berbuat baik kepada ayah dan ibu mereka itu.
Di antara cara-cara menghormati ibu dan bapak sebagai berikut:
1. Berbicara dengan kata-kata yang baik
Firman Alloh :
"Dan telah diundangkan (ditetapkan sebagai peraturan) oleh Tuhan, agar tidak melakukan ibadah (sesembahan dan persembahan) kecuali kepada Allah". Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu; Mungkin di dalam perawatanmu itu mereka menjadi uzur karena tuanya, baik salah satu maupun keduanya dari orang tua tersebut; Janganlah engkau nyatakan "Uh" (ungkapan tidak senang); Dan jangan engkau membentak mereka; Dan hendaklah engkau katakan kepada kedua orang tuamu kata-kata yang mulia". (Isra 17: 23).
2. Lindungi dan do'akan
Firman Alloh :
"Rendahkanlah dirimu dan lindungilah keduanya dengan kasih sayang dengan menempatkan mereka pada tempat terhormat; Dan berdo'alah selalu: Ya Allah, kasihanilah dan sayangilah mereka berdua, seperti ketika mereka merawat aku selagi kecil". (QS. Isra 17 : 24).
    
3. Hormat dengan sikap terima kasih
Alloh Swt. berfirman sebagai berikut:
"Dan Kami washiyatkan (wajibkan) ta'at kepada ibu bapaknya; Ibunya telah mengandung di dalam keadaan lemah dan penderitaan yang berat; Masa putus susunya adalah dua tahun; Karni perintah : hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku dan ibu bapakmu; Kepada-Kulah tempat engkau kembali" (QS. Luqman:14).
4. Menghubungkan Silaturrohmi
Rasululloh Saw. bersabda:
"Sesungguhnya sebaik-baik kebaikan adalah menghubungkan (memelihara) tali silaturrohmi yang pernah dijalin oleh kedua orang tuanya" (HR. Muslim).
5. Menunaikan wasiat kecuali yang ma'siat
Alloh Swt. berfirman:
"Diwajibkan atas kamu apabila seseorang dari pada kamu hampir mati, jika ia ada meninggalkan harta (hendaklah ia) bikin wasiat .......... " (QS. Al-Baqarah:180).
6. Durhaka pada orang tua adalah dosa besar
Rosulullah Saw. bersabda sebagai berikut:
"Maukah kamu aku beritahukan tentang dosa besar dari dosa-dosa besar yang lainnya? Mereka menjawab: tentu mau Ya Rosulullah! Jawab Rosulullah (yaitu) : mempersekutukan Alloh dan durhaka kepada kedua orang tua!
7. Membantu Ibu dan Bapak
Pada suatu ketika Rosulullah Saw. ditanya oleh seorang sahabat : Siapakah manusia yang paling berhak untuk dibantu? Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang tersebut bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Rosulullah Saw. menjawab: "Ibumu". Orang tadi bertanya ketiga kalinya: "Kemudian siapa lagi?" Rosulullah menjawab: "Ibumu". Bertanya yang keempat kalinya : "Kemudian siapa lagi" Dijawab oleh Rosulullah Saw. : "Bapakmu!" (HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad).
Ahlak Terhadap Anak
Hak-hak anak atau kewajiban orang tua terhadap anak tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Memberi nama yang baik,
2. Menyembelih 'aqiqah pada sa'at akan mencukur rambut.
Nabi Muhammad Saw. bersabda sebagai berikut: "Bayi yang lahir disembelihkan untuknya sebagai aqiqah pada hari ke tujuh" (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu majah, Daramy, dan Ahmad).
3. Mengkhitan anak laki-laki dan perempuan
Rosulullah Saw. bersabda
"Lima masalah yang tergolong kebersihan yaitu:
 1. Berkhitan,
2. Mencukur rambut yanq terlindung (kemaluan).
 3. Mencabut bulu ketiak
4. Memotong kuku;
5. Menggunting kumis . (HR. Bukhari dan Muslim).
    
4. Memberi pendidikan dan pengajaran
Rosulullah Saw. bersabda sebagai berikut: Bergaullah dengan anak-anakmu dan bimbinglah kepada ahlak yang mulia". (HR. Muslim).
5. Mencarikan jodoh dan mengawinkannya
Mencarikan jodoh untuk anak adalah karena Sunnah Nabi Muhammad Saw. sebagai berikut: "Nikah adalah sunnahku (perjalanan hidupku); siapa saja yang tidak melakukan sunnahku, dia tidak termasuk golonganku". (Hadits Syarif).
6. Memberikan perlakuan yang baik terhadap anak-anak
Rosulullah Saw. bersabda sebagai berikut: "Persamakan di antara anak-anak kamu dalam pemberian, dan seandainya aku boleh memberikan kelebihan kepada salah satu di antara mereka, pasti akan aku berikan kepada anak perempuan". (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Kewajiban Suami Terhadap Isteri
Setiap laki-laki (suami) harus memperhatikan hak-hak wanita (isteri) dengan adil dan baik, sesuai dengan ajaran Syari'at Islam. Alloh Swt. berfirman:
"Laki-laki itu bertanggungjawab atas perempuan-perempuan, lantaran Allah telah lebihkan mereka (atas perempuan-perempuan itu) dan dengan sebab kewajiban memberikan nafkah dari harta-hartanya" (QS. An-Nisa' :34).
Dengan kelebihan yang diberikan Allah kepada laki-laki tersebut, maka laki-laki (sebagai suami) mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap isteri sesuai dengan ajaran Islam, sebagai berikut:
01. Bergaul terhadap isteri dengan baik
02. Suami harus memimpin istri
03. Suami wajib memberi nafkah
04. Suami mendidik istri. Seorang suami berkewajiban untuk memberi pendidikan agama dan akhlaq kepada istri.
05. Suami melindungi rahasia istri
06. Suami harus memberikan kesempatan kepada istrinya bersilaturrahmi kepada keluarga atau saudara-saudaranya, dan sebaliknya pada keluarga suaminya.
07.  Suami harus memanggil istrinya dengan kata-kata yang mengandung kasih sayang, atau memanggil namanya jangan memanggil "hai".
08. Apabila berbicara dengan istri, gunakanlah bahasa yang dapat menggembirakan istri, jangan dengan kata-kata yang menyinggung perasaan istri.
09. Apabila akan pergi ke kantor atau pulang dari tempat pekerjaan, suami harus memperlihatkan wajah yang gembira dan tersenyum ketika bertemu dengan istrinya.
10 Apabila suami akan melakukan perjalanan ke luar rumah atau ke luar kota, senantiasa harus ingat kepada istrinya, agar tidak melakukan pengkhianatan kepada istrinya.
11. Setiap suami harus memiliki sikap sabar dan berwibawa, bila bertemu dengan  istri yang terdapat kekurangarmya atau istri yang cemburu dan sering membentak suaminya. Berusaha menasihatinya dan memberikan pengertian yang luas.
12.  Suami harus berusaha membantu istri untuk menciptakan kesejahteraan dan kedamaian keluarga.
13.  Suami harus mampu mencari penyelesaian yang baik dan mengandung hikmah kebijaksanaan, apabila terjadi perbedaan-perbedaan di dalam kehidupan rumah tangga.
14.  Suami harus bersikap hormat kepada orang tuanya dan memperlihatkan akhlaq yang baik kepada keluarga istrinya.
15. Suami harus selalu tampil memikul tanggung jawab atas istrinya, anak-anaknya dan seluruh anggota keluarga di rumah tangganya ke dalam dan ke luar.
Kewajiban Isteri Terhadap Suami
Seorang istri harus mempunyai sifat-sifat dan akhlak terhadap suaminya sebagai berikut:
01. Menjaga kehormatan diri
02. Ta'at pada suami
03. Tidak boleh keluar rumah tanpa izin suami
04  Tidak boleh seorang istri menerima tamu orang yang tidak disenangi oleh suaminya.
05. Seorang istri tidak boleh melawan suaminya, baik dengan kata-kata kasar membentak, maupun dengan sikap sombong.
06. Tidak boleh membanggakan sesuatu tentang diri dan keluarganya di hadapan suami, baik kekayaan, keturunan ataupun kecantikannya.
07. Tidak boleh menilai dan menganggap bodoh terhadap suaminya.
08. Tidak boleh menuduh kesalahan atau mendakwa suaminya, tanpa bukti-bukti dan saksi-saksi.         
09. Tidak boleh menjelek-jelekkan keluarga suami.
10. Tidak boleh menunjukkan pertentangan di hadapan anak-anak.
11. Agar perempuan (istri) itu menjaga 'iddahnya, bila dithalak atau ditinggal mati oleh suaminya, demi kesucian ikatan perkawinannya.
12. Apabila melepas suami pergi ke kantor, lepaslah suami dengan sikap kasih, dan apabila menerima suami pulang bekerja, sambutlah kedatangannya dengan muka manis, pakaian bersih dan berhias.
13. Setiap wanita (istri) harus dapat mempersiapkan keperluan makan, minum dan pakaian suaminya.
14. Seorang istri harus pandai mengatur dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangganya.
15. Seorang istri harus dapat bertindak sebagai ibu untuk mengasuh dan mengajar anaknya, agar anak-anaknya berakhlak yang baik.
Akhlak Terhadap Tetangga
Setiap ummat Islam harus mengetahui bahwa tetangganya mempunyai hak. Kewajiban setiap muslimin dan muslimah terhadap tetangganya itu diatur di dalam Al-Qur'an maupun Al-Hadits. Di dalam Al-Qur'an, Alloh Swt. merangkaikan kewajiban berbuat baik itu dalam rangkaian kewajiban beribadah kepada Alloh Swt.
Alloh Swt. berfirman:
1. Dan berbaktilah kepada Alloh Swt.,
2.  jangan mempersekutukan Dia dengan apapun jua;
3. dan terhadap kedua ibu bapak berbuat baiklah,
4. demikian juga kepada keluarga yang dekat,
5. anak yatim,
6. orang miskin,
7.  tetangga yang dekat,
8. tetangga jauh,
9. teman seiring,
10.  orang-orang dalam perjalanan dan
11. orang-orang yang menjadi hamba sahayamu,
sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang congkak dan sombong, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan". (QS. An-Nisa' 4: 36).
Di antara akhlak bertetangga yang diatur oleh Al-Qur'an maupun Al-Hadits, sebagai berikut:
1. Tidak boleh menyiksa atau menyakiti
2. Tidak boleh melampaui hak-hak milik
3. Tidak boleh menyebarkan rahasia tetangga
4. Tidak boleh membuat gaduh
5. Selalu memberi nasihat
6.  Saling tukar hadiah atau pemberian
7. Hak utama tetangga:  apabila kita akan melakukan sesuatu, mintalah pertimbangan mereka. Apabila akan menjual sesuatu tawarkanlah kepada tetangga.
Secara singkat masalah bertetangga, diatur dalam sebuah hadits, sebagai berikut: Rasulullah Saw. bersabda: "Apakah hak bertetangga?" Kemudian Rasulullah Saw. menjelaskan:
1. Apabila seseorang minta tolong kepada kamu, maka tolonglah, dia.
2. Apabila dia memerlukan pinjaman (utang), pinjamilah dia.
3. Apabila dia memerlukan sesuatu, berilah dia.
4. Apabila dia sakit, kunjungilah dia.
5. Apabila dia mendapatkan kebahagiaan, ucapkanlah selamat kepadanya.
6. Apabila dia mendapat musibah, hiburlah dia.
7. Apabila dia wafat, antarkanlah jenazahnya (ke kubur).
8. Jangan membuat bangunan yang terlalu tinggi, sehingga menghalangi angin ke rumah tetangga, kecuali idzinnya.
9. Janganlah kamu sakiti tetangga dengan bau masakan kecuali kamu memberi kepada tetangga sebagian dari masakan tersebut.
10. Apabila membeli buah-buahan, berilah dia, dan apabila dia tidak kamu beri, maka bawalah masuk ke rumahmu dengan sembunyi-sembunyi. Jangan sampai anakmu membawanya keluar sehingga menyakiti anak tetanggamu" (HR. Ibnu Majah).
Akhlaq Bersahabat
Bersahabat atau berkawan merupakan ni'mat Alloh yang diberikan-Nya kepada ummat Islam di dunia ini. Bersahabat akan menjadi suatu keni'matan, apabila didasari atas tujuan karena Alloh, dan akan menjadi kebahagiaan apabila diatur dengan akhlaq atau kaidah-norma yang datangnya dari Alloh Swt. dan Rosul-Nya.
Alloh Swt. berfirman:
"Dan ingatlah ni'mat Alloh atas kamu, tatkala kamu bermusuh-musuhan, kemudian Alloh jadikan hati-hati kamu lunak, kemudian atas keni'mat- an-Nya kamu menjadi bersahabat" (QS. Ali Imran 3:103).
Norma atau akhlaq bersahabat dalam Islam ditentukan oleh Al-Qur'an dan Al-Hadits, di antaranya sebagai berikut:
1. Rendah hati dan tidak sombong
Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah Swt. mewahyukan kepadaku, agar kamu semua selalu tawadhu' (bersifat rendah diri), tidak perlu seseorang berlaku kejam dan sombong kepada yang lain" (HR. Abu Dawud).
2. Saling kasih-mengasihi
    
3. Memberi perhatian terhadap keadaan sohabat
Perhatian seorang sohabat kepada sohabat yang lain dilaksanakan dengan:
a. Saling menanyakan keadaan atau saling berkirim salam dan berita.
b. Saling kunjung-mengunjungi.
Rosulullah Saw. apabila kehilangan salah seorang sahabatnya atau tidak pernah muncul sampai tiga hari selalu menanyakan keadaannya, bahkan dikunjunginya, terutama kalau dalam keadaan sakit.
4. Selalu membantu keperluan sahabat
Rosulullah Saw. bersabda:
"Siapa saja yang meringankan keperluan sohabatnya dalam urusan dunia, maka dia akan mendapat keringanan atas keperluannya di akhirot" (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Menjaga kawan dari gangguan orang lain.
Rosulullah Saw. bersabda:
"Jangan kamu membiarkan orang yang memukul orang lain dengan zholim. Sesungguhnya la'nat Alloh akan turun terhadap orang yang menyaksikan perbuatan itu, dengan tidak berusaha mencegahnya" (HR. Thobroni).
6. Memberi nasihat dan kritik
Orang yang mendiamkan sohabatnya berbuat salah, atau bahkan hanya suka memuji, berarti menjerumuskan kawan sendiri ke dalam api neraka.
7. Mendamaikan bila berselisih
Alloh Swt. berfirman:
"Apabila terdapat dua orang atau kelompok sesama kaum mu'minin saling bermusuhan, maka damaikanlah antara kedua orang yang bermusuhan tersebut" (QS. Al-Hujurat: 9).
8. Do'akan dengan kebaikan
Dalam sebuah hadits Rosulullah Saw. dijelaskan:
"Dari Abu Darda', bahwa Rosulullah Saw. pernah bersabda: Do'a seorang muslim untuk sahabatnya yang jauh akan segera dikabulkan" (HR. Muslim).
VI. Penutup
Demikian makalah kami tentang masalah berbuat baik pada manusia.
Baiklah kami tutup dengan mengutip pedoman AA. Gym yaitu 3 M :
Mulailah dari diri kita sendiri,
Mulailah dari hal-hal yang kecil (dalam hal ini : berbuat baik pada manusia),
Mulailah sekarang juga.
\\\
Wallahu muwaffiq ila aqwamith-thoriq.
Jember, 9 September 2006
Dr. H.M. Nasim Fauzi
Jl. Gajah Mada 118
Tlp. 481127 Jember
Daftar Kepustakaan
1. Drs. Asmaran As., M.A., PENGANTAR STUDI AKHLAK, PT RajaGrafindo Utama, Jakarta, 1994
2. Drs. Sidi Gazalba, SISTEMATIKA FILSAFAT, Bulan Bintang, Jakarta, 1973.
3. K.H. Abdullah Salim, AKHLAQ ISLAM, Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, Media Da'wah, Jakarta, 1994.
4. M. Quraisy Shihab, TAFSIR Al-Qur'an Al-Karim, Tafsir atas Surat-surat Pendek, Pustaka Hidayah, Bandung, 1997.
5. Dr. Paul Hauck, TENANGKAN DIRI, Arcan, Jakarta, 1974.
6. Dr. Yusuf Qardlawi, IKHLAS,  Sumber Kekuatan Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1996.
7. Imam Ibnu Al-Qoyyim al-Jauziyah, TAFSIR SURAH MUAWWADZATAIN, Akbar, Jakarta, 2002.