Penciptaan Manusia Pertama
Teka-teki Surga Nabi Adam
Oleh : mutawalli
....... lanjutan makalah bulan lalu.
F. Pemecahan Masalah
III. Dimanakah "Surga Nabi Adam” itu?
Pada
makalah bulan lalu ditulis bahwa di dalam Kitab Taurat (Kitab Kejadian)
dan Kitab Injil Barnabas, sebelum diturunkan ke bumi Nabi Adam dan Ibu
Hawa ditempatkan di Taman Eden atau Taman Serba Cukup yang letaknya ada
di bumi yaitu di Timur Tengah.
Bahkan Joesoef
Sou’yb menafsirkan kata Al-Jannah (=taman) di dalam Al Qur-an -tempat
Nabi Adam dan Ibu Hawa ditempatkan sebelum diturunkan ke bumi- bukanlah
di “Surga” yang berada di “langit” melainkan di “Taman Serba Cukup” yang
terletak di bumi.
Kemudian
menjawab pertanyaan : Di manakah “Taman Serba Cukup” itu sekarang ?
Berdasar lokasi “Taman Eden” menurut Kitab Kejadian ada di sebelah timur
(dari Jerusalem) dan dari Taman itu berasal 4 sungai yang 2 di
antaranya adalah Tigris dan Eufrat yang sekarang letaknya ada di
Mesopotamia, seorang Arkeolog dari Universitas Missouri, Springfield,
Dr. Juris Zarins membuat hipotesis bahwa “Taman Eden” itu sekarang
tenggelam di Teluk Persia. Kelemahan teori ini adalah bila Taman Eden
itu ada di Teluk Persia maka keempat sungai itu bukan “berasal” dari
Taman Eden melainkan “bermuara” di Taman Eden, jadi teorinya salah.
Seusai menulis makalah Asal-usul Manusia Seri ke 05 penulis tertarik
pada sebuah buku tentang Atlantis, benua yang hilang yang baru
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karangan Profesor Arysia Santos
berjudul “Atlantis The Lost Continent Finally Found”. Di dalam bukunya
itu Profesor Arisio Santos menyebutkan bahwa benua Atlantis itu dulu
berada di Dangkalan Sunda di Indonesia yang sekarang tenggelam di antara
Semenanjung Malaka, Sumatera, Pulau Jawa dan Kalimantan. Bahkan menurut
beliau “Taman Eden” -dengan mengutip pendapat Thomas Aquinas, filosof
besar Nashroni pada zaman pertengahan yang mengatakan bahwa “Taman Eden”
itu berada di daerah Katulistiwa-, tempat Taman Eden itu identik dengan
letak Atlantis yaitu di Dangkalan Sunda di Indonesia.
3. Tempat Adam As. dan Hawa Sebelum Diturunkan ke Bumi Menurut Profesor Arisio Santos.
Profesor
Arysio Nunes dos Santos adalah seorang atlantolog, geolog dan fisikawan
nuklir Brazil, telah melakukan penelitian selama 30 tahun terhadap
literatur tentang Atlantis serta terhadap mitos-mitos di Yunani kuno,
Mesir, India dan peradaban Indian kuno yang sangat maju yaitu Maya dan
Inca, akhirnya menemukan bahwa Atlantis yang telah tenggelam itu ada di
Dangkalan Sunda di Indonesia. Menurut beliau para peneliti sebelumnya
telah salah menafsirkan tulisan Plato, filosof Yunani kuno tentang
Atlantis dengan ciri-cirinya:
- Selat sempit menuju samudera.
- Pulau
Atlantis yang luas dan setengah tenggelam membentuk beting-beting yang
tak dapat dilalui di depan selat tersebut dan membuat wilayah tersebut
“tak dapat dilayari”.
- Banyak pulau di luarnya (dilewati) dalam perjalanan menuju Benua Luar.
- Benua Luar di luar (yang dilewati), rupanya adalah wilayah Amerika.
Karena
adanya nama Atlantis itu maka banyak peneliti yang menyelidiki tempat
Benua Atlantis yang hilang itu di sekitar Samudera Alantik sekarang
sehingga tidak ketemu. Padahal yang dimaksud dengan laut Atlantik pada
zaman Plato adalah lautan yang berada di sebelah barat yang luasnya
sampai ke Benua Atlantis. Karena benua Amerika waktu itu belum ditemukan
maka lautan yang luas itu selain meliputi Samudra Atlantik juga
meliputi Samudera Pasifik yang batasnya di katulistiwa di barat adalah
Indonesia.
Benua
Atlantis yang banyak penduduknya dengan peradabannya yang sangat maju
itu merupakan kerajaan maritim yang kuat dengan wilayah kekuasaannya
yang sangat luas sampai jauh di seberang laut yaitu Mesir, Yunani, India
dan Kerajaan Indian kuno di benua Amerika. Tanahnya sangat subur karena
dipupuk oleh debu vulkanis, dengan tanamannya berupa padi-padian yang
dapat dipanen 3x setahun dapat memberi makan pada penduduknya yang
banyak itu. Juga rempah-rempah dan buah-buahan serta bahan tambang yaitu
emas, perak dan timah (yang merupakan bahan baku perunggu) dan
lain-lainnya melengkapi kekayaannya itu. Sewaktu armada Atlantis
bersiap-siap akan menyerang Athena terjadilah malapetaka itu.
Menurut
Profesor Arysio Santos yang membuat teori bahwa Benua Atlantis yang
berperadaban maju itu ada di Indonesia dan sekarang tenggelam di
Dangkalan Sunda, kriteria yang dibuat oleh Plato sangat sesuai dengan
teorinya itu.
- Selat sempit menuju samudera adalah selat Sunda menuju ke Samudera Hindia.
- Pulau
Atlantis yang luas dan setengah tenggelam membentuk beting-beting yang
tak dapat dilalui di depan selat tersebut dan membuat wilayah tersebut
“tak dapat dilayari” adalah peristiwa meletusnya Gunung Krakatau yang
terletak di Traphoban (Sumatera dan Jawa) mengeluarkan berton-ton batu
apung yang memenuhi laut sehingga tak dapat dilayari.
- Banyak
pulau di luarnya (dilewati) dalam perjalanan menuju Benua Luar adalah :
dari pedalaman Atlantis menuju timur melewati kepulauan Maluku kemudian
mengarungi Lautan Pasifik menuju ke Benua Amerika.
- Benua Luar di luar (yang dilewati), rupanya adalah wilayah Amerika.
Kejadian malapetaka yang menenggelamkan Benua Atlantis itu terjadi pada akhir zaman es (Pleistocene).
Zaman kita berada sekarang adalah zaman pasca glacial /zaman es, disebut Zaman Holocene yang dimulai 10.000 tahun yang lalu.
Pada kira-kira 2 juta tahun yang lalu suhu bumi menurun 5-7o Celcius, menjadikan Kutub Utara dan Selatan, belahan utara Eropa, Rusia, Siberia dan Amerika Utara (luasnya sekitar 8 juta km2),
diliputi lapisan es ratusan sampai ribuan meter. Selain itu lapisan es
ini juga meliputi puncak-puncak gunung yang tinggi di dunia, sehingga
permukaan laut turun sampai 150 m. Pada saat itu laut-laut antara
Semenanjung Malaka, Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan (dangkalan
Sunda) mengering dan menjadi daratan. Zaman glasial yang dingin ini
diselingi dengan beberapa kali masa kenaikan suhu sehingga sebagian dari
lapisan es mencair, disebut masa interglasial. Zaman es berakhir pada
11.600 tahun yang lalu bersamaan dengan meletusnya gunung Krakatau.
Pada
zaman pra-glasial dan glasial inilah binatang menyusui berkembang,
termasuk jenis-jenis kera dan manusia purba, di antaranya adalah
Australopithecin.
Indonesia
adalah negeri kepulauan yang merupakan sabuk gunung berapi paling aktif
di dunia meliputi Pulau Sumatera, Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara.
Gunung yang sangat aktif dan berperan pada zaman purba adalah (i.)
Gunung Toba di bagian barat Sumatera yang meledak sekitar 30.000 tahun
yang lalu melemparkan puncaknya ke angkasa dan menyebarkan debunya ke
seluruh dunia. Saat ini yang tersisa adalah kaldera danau Toba. Saat
meletusnya gunung Toba tersebut bersamaan dengan dimulainya zaman es
terakhir (Pleistocene). Menurut Profesor Arysio Santos pada
saat itu dan di tempat itulah zaman peradaban Atlantis itu berkembang
dengan cuacanya yang sangat baik untuk tumbuhnya bermacam-macam
tumbuh-tumbuhan.
(ii.)
Gunung Krakatau di tengah Taprobane (Sumatera dan Jawa) pada zaman
Purba telah pernah meletus 2x, dan letusan pada 11.600 tahun yang lalu
adalah yang terhebat. Kehebatan letusan gunung Krakatau itu membelah
Taprobane menjadi Pulau Sumatera dan Jawa menyisakan kaldera yang sangat
luas di bawah permukaan laut di selat Sunda. Terjadi gelombang Tsunami
yang sangat besar. Api dan cairan magma, batu, kerikil, batu apung dan
abu serta asapnya mengepul sangat tinggi ke angkasa dan ke wilayah
sekitarnya membuat bumi menjadi gelap gulita. Abu letusan gunung ini
menyebar ke seluruh dunia dan setelah abu itu turun menjadikan permukaan
es seluruh dunia menjadi hitam sehingga menyerap sinar matahari jauh
lebih banyak dari sebelumnya yang mengakibatkan es-es itu mencair dengan
cepat sehingga menimbulkan banjir besar di seluruh dunia. Selain itu
air yang dilemparkan letusan gunung Krakatau itu turun kembali dalam
bentuk hujan yang sangat lebat. Kedua peristiwa ini menaikkan permukaan
air laut di seluruh dunia 130-150 meter sehingga dataran Sunda /Benua
Atlantis tenggelam dengan cepat. Dangkalan Bering juga tenggelam
memisahkan Benua Amerika dari Benua Asia. Benua Atlantis beserta
sebagian besar penduduknya serta fauna dan flora yang berada di situ
musnah. Sebagian kecil penduduknya yang selamat hijrah ke India tetapi
ditolak oleh penduduknya sehingga mereka pergi ke Mesir dan Mesopotamia.
Mereka juga hijroh ke timur ke Kepulauan Oceania dan sampai ke Benua
Amerika. Teori peristiwa alam sebagai penyebab berakhirnya zaman es yang
terakhir ini telah disetujui oleh NASA dan disebut sebagai peristiwa
Heinrich.
Banjir
besar di bagian dunia yang lain pada akhir zaman Pleistocene ini telah
memusnahkan banyak spesies binatang di antaranya adalah mammoth,
mastodon, harimau gigi-pedang, beruang gua, armadillo dan kukang
raksasa, lusinan jenis camelid, cervid, cavalid dan –kemungkinan besar-
manusia Cro Magnon dan Neanderthal.
(iii.)
Gunung Tambora di Sumbawa juga pernah meledak menyisakan Kaldera dengan
3 danau yang berwarna warni, bagaimana dengan terjadinya Kaldera Gunung
Tangkuban perahu, Bromo dan Kawah Ijen ?
Teori Profesor Arysia Santos bahwa Dangkalan
Sunda adalah lokasi Benua Atlantis rupa-rupanya banyak kecocokannya.
Lalu bagaimana dengan Dangkalan Sunda sebagai lokasi Taman Eden ?
4. Dangkalan Sunda di Indonesia sebagai lokasi Taman Eden.
Penciptaan Nabi Adam dan Ibu Hawa terjadi pada zaman es /Pleistocene dimana suhu bumi turun sekitar 5-7o Celcius.
Wilayah Timur Tengah yang termasuk daerah subtropis tentu suhunya jauh
lebih dingin dari sekarang. Sedang tanahnya pada zaman itu berupa gurun
pasir sehingga tidak mendukung teori bahwa lokasi Taman Eden ada di
sekitar Teluk Persia karena suhunya dan tanahnya kurang nyaman dihuni
oleh Nabi Adam dan Ibu Hawa yang sewaktu keduanya tinggal di Taman Eden tidak berpakaian.
Di
dasar laut dangkalan Sunda terdapat bekas empat sungai yang dulu
semasih berbentuk daratan yaitu (i.) mengalir ke selat Malaka, (ii.)
mengalir ke Laut Cina Selatan, (iii.) mengalir ke Laut Bali /Flores dan
(iv.) ke Selat Sunda. Adanya 4 sungai yang mengalir dari Taman Eden yang
tertulis di dalam Kitab Kejadian menunjukkan kemiripan dengan Dangkalan
Sunda sebagai lokasi Taman Eden.
Di
dalam Jewish Encyclopedia tertulis : Saadia Galon, dalam alih bahasa
Arobnya, menerjemahkan “Pison” sebagai Nil, yang diketawakan oleh Ibn
Ezra karena “sudah jelas-jelas diketahui bahwa Eden berada lebih jauh ke selatan, di Khatulistiwa” ....Obadiah dari Bertinono, yang mengulas Mishnah, dalam
sebuah risalah yang mengisahkan perjalanannya dari Italia ke Yerusalem
pada tahun 1949, mengisahkan cerita kedatangan orang-orang Yahudi di
Yerusalem dari “Aden, tanah dimana Gan Eden yang masyhur dan ternama berada, yaitu di tenggara Assyria” ....
Thomas
Aquinas, yang dianggap sebagai intelektual gereja paling terpelajar,
juga menempatkan lokasi surga di Khatulistiwa. Dalam kitabnya Summa Theologica yang sangat terkenal, aquinas menulis : “Taman Eden berada di Khatulistiwa, di tempat yang iklimnya paling sejuk”.
Bila
kita menarik dua garis lokasi Taman Eden dari uraian di atas yaitu (i.)
garis Khatulistiwa dan (ii.) garis yang ditarik dari Asyria ke arah
tenggara maka kedua garis itu akan bertemu di Dangkalan Sunda,
Indonesia.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari uraian di atas ternyata bahwa Dangkalan Sunda menjadi perebutan sebagai lokasi Taman Eden dan Benua Atlantis.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bila kedua-dua dapat diterima maka kejadiannya adalah sebagai berikut :
Mula-mula
Alloh Swt. menempatkan Nabi Adam As. dan Ibu Hawa di Taman Eden yang
terletak di Dangkalan Sunda di Indonesia. Setelah keduanya memakan buah
khuldi maka keduanya dikeluarkan dari Taman Eden ke Afrika, sesuai
dengan Theory “Out of Africa”. Kedua putra mereka menjalankan pertanian
dan peternakan di situ. Kemudian keturunannya keluar dari Afrika
menyebar ke seluruh dunia, di antaranya akhirnya sampai di Dangkalan
Sunda di Indonesia yang waktu itu berupa daratan. Mereka membentuk
kebudayaan yang sangat maju di Benua Atlantis yang akhirnya tenggelam
dan hilang tak berbekas seperti yang telah diuraikan di atas.
Atau
hanya salah satu saja yang betul. Karena bukti-bukti yang terkuat
adalah Dangkalan Sunda adalah bekas Benua Atlantis yang hilang maka
teori bahwa Taman Eden berada di Dangkalan Sunda yang terletak di
Indonesia bisa kita tolak.
Jadi Taman Eden itu tidak terletak di bumi melainkan di “langit”.
5. Surga Nabi Adam Menurut Penulis.
Dari
Abu Huroiroh Ra., ia menceriterakan Rosululloh Saw. pernah bersabda :
Adam dan Musa pernah saling berihtijaj. Musa berkata kepada Adam, : “Hai
Adam engkau ayah kami, engkau telah menyengsarakan dan mengeluarkan
kami dari surga.” Kemudian Adam menyahut, “Wahai Musa, engkau telah
dipilih Alloh melalui qolam-Nya dan Dia telah menuliskan kitab Taurot
untukmu dengan tangan-Nya, apakah engkau mencela diriku atas suatu hal
yang telah ditetapkan Alloh melalui qolam-Nya. Diriwayatkan Bukhori (XI/6614). Abu Dawud (IV/4701). Ibnu Majah (I/80). Dan Ahmad dalam Musnadnya (II/48).
Bila
kita fikirkan isi hadits ini tersirat adanya keinginan Nabi Musa As.,
andaikata Nabi Adam As. tidak memakan buah khuldi tentunya kedua nenek
moyang kita itu akan tetap berada di dalam sorga, berkawin dan beranak
pinak di dalamnya sehingga kita keturunannya ini tidak bersusah-payah
hidup di bumi seperti sekarang.
Anggapan
bahwa bila kedua nenek moyang kita itu tetap tinggal di surga akan
kawin dan beranak pinak terjadi karena para ulama mengira bahwa jenis
kelamin Nabi Adam As. adalah laki-laki dan Ibu Hawa perempuan sehingga
bisa terjadi perkawinan antara keduanya.
Kalau
“Sorga Nabi Adam” itu adanya di dunia ini (sekeping “Taman Serba Cukup”
yang ada di bumi) tidak mungkin Nabi Musa As. membayangkan bahwa semua
anak cucu Adam dan Hawa (bila keduanya kawin dan beranak pinak) yang
jumlahnya bermilyard-milyard itu dapat ditampung di dalam kawasan
sekecil itu. Maka tentunya Nabi Musa As. berkeyakinan bahwa “Surga Nabi
Adam” itu cukup luas untuk bisa menampung semua anak keturunan Nabi
Adam. As.
Maka
“Surga Nabi Adam” itu bukan semacam “Taman Eden” yang ada di Timur
Tengah seperti yang disebutkan di dalam Kitab Kejadian ataupun “Taman
Serba Cukup” yang disebutkan oleh Injil Barnabas, atau seperti teori
Profesor Arysio Santos bahwa Taman Eden itu terletak di Dangkalan Sunda
Indonesia, melainkan adalah “Surga Alloh Swt." yang sangat luas.
Adapun
jawaban dari pertanyaan “Mengapa meskipun keduanya telanjang tetapi
tidak terjadi perkawinan” –seperti tertulis pada makalah sebelum ini-
karena di dalam “Surga Nabi Adam”, jenis kelamin Nabi Adam As. adalah XY
atau X yang mempunyai Y (= perempuan yang mempunyai testis) dan jenis
kelamin Ibu Hawa adalah XX atau X yang tidak mempunyai Y (= perempuan
yang tidak mempunyai testis alias perempuan asli). Karena keduanya
sama-sama berjenis kelamin perempuan maka tidak mungkin terjadi
kehamilan.
6. Memperkenalkan Model Alam Semesta Menurut Stephen Hawking.
Raksasa di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac Newton (1642-1727)
dengan bukunya : Philosophia Naturalis Principia Mathematica,
menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi dan Hukum Gerak,
yaitu ilmu fisika klasik yang kita pelajari di pendidikan dasar dan
menengah. Teori Newton ini berlaku pada benda-benda dengan kecepatan dan
gravitasi rendah seperti pada kejadian sehari-hari. Newton menduduki
posisi puncak di Universitas Cambridge, Inggris sebagai : Lucasian Chair
of Mathematics.
Kemudian raksasa ilmu fisika yang kedua adalah Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907).
Raksasa fisika selanjutnya adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942; umur 68 tahun) adalah seorang ahli fisika teoritis.
Pada
umur 17 tahun Hawking memasuki University College jurusan ilmu fisika
di Oxford selama 3 tahun. Kemudian pasca sarjananya dia memilih bidang
studi kosmologi. Selanjutnya dia masuk Universitas Cambridge untuk
program doktor. Waktu itu dia mulai terserang penyakit ALS (Amyotrophic
Lateral Sclerosis) penyakit syaraf yang belum ada obatnya, menyerang
pusat gerak yang menimbulkan kelumpuhan. Penderitanya biasanya akan
meninggal dunia dalam waktu 2-3 tahun. Tetapi pada Hawking ternyata
perjalanan penyakitnya melambat, dan untungnya dia bertemu dengan calon
isterinya Jane Wilde yang memberinya dorongan dan semangat hidup untuk
menghasilkan sesuatu yang berharga. Namun untuk kawin dengannya terlebih
dulu dia harus memperoleh gelar doktornya sebagai syarat untuk bisa
bekerja. Setelah memperoleh gelar doktornya, maka pada pada usianya yang
ke-23 Hawking mendapat beasiswanya dan menikah.
Sementara
itu penyakitnya memaksanya berjalan dengan menggunakan tongkat serta
mengalami kesukaran berbicara. Akhirnya Hawking lumpuh total yang
untungnya otot pernafasannya masih dapat bekerja, bisa mengedipkan mata
serta menggerakkan ujung jari telunjuknya. Dia duduk di kursi roda
dengan komputer khusus yang menolongnya menulis dengan menggunakan ujung
jarinya serta mesin pembuat suara. Selama 24 jam dia dirawat oleh
isterinya dan perawat yang memandikan, menyuap makanan dan minuman serta
membersihkan ludahnya yang selalu menetes dari mulutnya. Di dalam
kelumpuhan totalnya itu ternyata otak dan pikirannya yang brilian itu
sama sekali tidak terpengaruh. Bahkan penyakitnya itu di satu segi
memberinya berkah. Bagi rekan-rekannya sesama guru besar, jabatan itu
berarti pekerjaan yang menumpuk : mengajar, membimbing, mengikuti
seminar-seminar dan menjadi panitia bermacam-macam acara yang
menghabiskan waktu, di samping menjadi kepala rumah tangganya sendiri.
Untuk Hawking, karena kondisinya itu dia tidak pernah diserahi tugas
kepanitiaan, dan tugas membimbing hanya terbatas untuk para doktoral
saja, sehingga dia mempunyai banyak waktu untuk berfikir dan
menghasilkan ide-ide yang cemerlang, jauh melebih rekan-rekannya.
Pemikirannya ini berkembang terus selama lebih dari 25 tahun sampai
sekarang. Ia dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum,
terutama sekali karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi,
gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan popnya di mana ia
membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum.
Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of
Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London
selama 237 minggu berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam
sejarah.
Dia
pernah membaca teori Roger Penrose tentang bintang yang telah kehabisan
bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri menjadi sebuah
titik kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak
terhingga, menjadi sebuah singularitas di pusat lubang hitam (black hole).
Berawal
dari situ (keruntuhan lubang hitam), dengan membalik prosesnya : Lebih
kurang 15 milyard tahun yang lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari
sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang, peristiwa ini disebut Dentuman Besar (Big
Bang). Tidak ada peristiwa yang terjadi sebelum dentuman besar. Sampai
sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius
maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (kiamat, pen.) menuju singularitas yang kacau dan tak teratur.
Menurut
Hawking jagat kita sekarang adalah suatu “jagat raya” balon atau ruang
seperti permukaan bumi. Bumi tidak mempunyai batas / pinggiran (kalau
kita berkeliling bumi tidak pernah akan jatuh ke tepi jurang), tetapi
luasnya terbatas (yaitu luas permukaan bumi dapat diukur) dan setiap
titik di atas bumi bisa dianggap sebagai pusat bumi. Demikian juga
“jagat raya” kita, tidak mempunyai batas / pinggiran (sehingga kita
tidak mungkin bisa terbang menembus “gelembung” jagat raya, keluar ke
alam kosong), volumenya terbatas (yaitu volumenya dapat diukur), serta
semua tempat di “jagat raya” bisa dianggap sebagai pusat “jagat raya”.
Teori
Relativitas tidak dapat dipakai pada kondisi singularitas awal jagat
raya, karena rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga
akan menghasilan besaran yang tidak dapat diramalkan. Menurut Hawking
bila kita tidak bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan
“jagat raya”, padahal tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari
situ, maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua
tahapnya. Di sini kita harus menggunakan mekanika kuantum. Penggunaan
mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa
pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum. Pada kondisi
waktu nyata (waktu manusia, pen.) waktu hanya bisa berjalan maju dengan
laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan
seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan. Menurut
Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan, pen.) melalui “lubang
cacing” kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi
ke masa lalu dan ke masa depan. Jadi masa depan dan kiamat -dalam waktu
maya- menurut Hawking sudah ada dan sudah selesai sejak diciptakannya
alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” (dengan kekuasaan Alloh
Swt, pen.) kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan
seketika.
Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.
Dalam
bahasa ilmu kalam : Tinta takdir yang jumlahnya lebih banyak daripada
seluruh air yang ada di tujuh samudera di bumi telah habis dituliskan di
Luh Mahfudz pada awal penciptaan, tidak tersisa lagi (tinta) untuk
menuliskan perubahannya barang setetes.
6. Model Alam Semesta Dunia dan Akhirot serta Dimana Nabi Adam As. dan Ibu Hawa Tinggal Sebelum Diturunkan ke Bumi.
Alam semesta dunia dan akhirot terbagi atas 3 bagian.
(a) Bagian dunia (langit dan bumi)
Terbagi atas :
(i.) Sebelum kiamat
(ii.) Saat kiamat.
(iii.) Setelah kiamat (masa kebangkitan).
Dan
ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu
sekali lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya
masing-masing). (QS. Aqz Zumar /39:68)
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. (QS. Al A’rof / 7:25)
(b) Yang termasuk bagian dari (a) dan (c) yaitu neraka dan shiroth.
Setelah
sebagian manusia dan jin dimasukkan ke dalam neraka dan sebagian lagi
ditempatkan di shiroth maka bumi kosong dari manusia dan jin. Maka
fungsi bumi sebagai tempat kediaman manusia dan jin sudah selesai.
Karena sudah tidak berguna lagi maka oleh Alloh Swt. langit dan bumi
digulung seperti menggulung permadani.
(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit (bumi dan langit dunia diganti oleh bumi dan langit surga, pen.), dan mereka semuanya berkumpul (di shiroth bukan di padang mahsyar, lihat hadits berikut, pen.) menghadap ke hadirot Alloh yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrohim / 14:48)
Imam
Ahmad meriwayatkan dari Aisyah Ra., dia berkata, “Aku adalah orang yang
pertama-tama menanyakan kepada Rosululloh Saw. Tentang maksud ayat,
“(yaitu)
pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian
pula) langit, dan mereka semuanya berkumpul menghadap ke hadirot Alloh
yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrohim / 14:48)
Aisyah berkata: Aku bertanya, “Di manakah manusia pada waktu itu, ya Rosul Alloh ?”
Rosul menjawab, “Di atas Shiroth (jembatan).”
(c) Di tempat bumi dan langit ada sebelumnya tadi diciptakan surga, yang luasnya = langit dan bumi.
Berlomba-lombalah
kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rosul-rosul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Hadid / 57:21)
Sesuai
dengan teori Stephen Hawking, ketiga bagian itu sudah ada pada awal
penciptaan. Manusia dengan waktu nyatanya tidak bisa menjangkau masa
depan (dan masa silam). Tetapi bila manusia dengan kekuasaan Alloh Swt.
bisa memasuki waktu maya (waktu Alloh Swt.) maka manusia melalui “lubang
cacing” bisa pergi ke masa depan yaitu masa kiamat dan sesudahnya, bisa
melihat masa kebangkitan, neraka dan shiroth serta bisa melihat surga
kemudian kembali ke masa kini, seperti yang terjadi pada Nabi Muhammad
Saw. sewaktu menjalani isro’ dan mi’roj.
Dan
Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang
asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidrotil Muntaha [1430]. Di
dekatnya ada syurga tempat tinggal, (QS. An Najm /53:13-15)
[1430] Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang Telah dikunjungi nabi ketika Mi'raj.
Nabi
Adam dan Ibu Hawa setelah diciptakan di bumi kemudian oleh Alloh Swt.
dibawa ke masa depan dalam waktu maya ke surga. Setelah dikeluarkan dari
surga lalu kedua nenek moyang kita itu beserta iblis dikembalikan ke
masa lalu (waktu kini waktu itu) ke bumi yaitu ke Afrika (sesuai dengan
“Teori Ibu Hawa” dan “Theory Out of Africa” – lihat makalah Asal-usul
Manusia 01).
G. Kesimpulan
Masalah-masalah yang telah kita bicarakan sejak makalah Asal-usul Manusia Seri ke 04 adalah :
I.
Mengapa di dalam "sorga Nabi Adam" tidak terjadi perkawinan di antara
Adam dan Hawa, meskipun konon mereka berdua telanjang bulat ?
II.
Apa sebenarnya pohon larangan itu ? Mengapa setelah buahnya dimakan
tampaklah aurat keduanya, sehingga mereka merasa malu dan menutupi aurat
mereka dengan daun-daun sorga ?
III. Dimanakah "surga Nabi Adam itu" ?
Telah dibicarakan dengan tuntas.
Di
antara ke 3 masalah itu, masalah ke 3 yaitu : Di manakah “Surga Nabi
Adam” lah yang paling berat. Kemudian dari dua jawabannya yaitu
(i.) “Surga Nabi Adam” terletak di bumi ini dan
(ii.)
Surga nabi Adam ada di “langit” yaitu di surga Alloh Swt. Tepatnya ada
di masa depan setelah “Langit dan bumi dunia” digulung kemudian diganti
oleh “Langit dan bumi surga”, yang dapat dijangkau melalui “waktu maya”
yaitu waktu Alloh Swt. Seperti halnya perjalanan Nabi Muhammad Saw.
sewaktu peristiwa isro’ dan mi’roj.
Dengan demikian makalah-makalah asal-usul manusia sejak seri 01 sampai seri 06 telah selesai dengan kesimpulan :
Bahwa kita manusia Homo sapiens adalah
termasuk Bani Adam yakni keturunan Nabi Adam yang diciptakan Alloh Swt.
di bumi secara “nafsin wahidah” yaitu ditumbuhkan di luar ibu (in
vitro).
Selanjutnya
Nabi Adam As. ditempatkan di surga Alloh Swt seperti di atas. Di dalam
surga Alloh itu diciptakan Alloh Swt. pasangannya secara kloning dari
sebuah sel yang diambil dari tubuh Nabi Adam As.
Meskipun
keduanya telanjang bulat namun keduanya tidak berkawin, karena jenis
kelamin keduanya adalah sama-sama perempuan yaitu Nabi Adam adalah
seorang perempuan (X) yang mempunyai testis (Y), sedang Ibu Hawa adalah
perempuan sempurna (XX). Setelah Nabi Adam As dan Ibu Hawa atas bujukan
iblis memakan “Buah khuldi” maka Nabi Adam As. berubah menjadi laki-laki.
Karena
surga tidak mungkin ditempati oleh laki-laki dan perempuan bumi karena
keduanya akan kawin dan beranak pinak, maka keduanya beserta iblis
diturunkan ke bumi yaitu di Afrika sesuai dengan Teori Ibu Hawa atau
“Theory Out of Africa”.
Selanjutnya mereka kawin dan beranak pinah menyebar ke seluruh permukaan bumi sampai hari kiamat.
Penulis
yakin bahwa makalah-makalah ini tidak sempurna. Bila para pembaca
menemukan kesalahan mohon diberitahukan kepada penulis untuk dilakukan
koreksi. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya, Wallohul muwaffiq ila aqwamittoriq.
Wassalamu ‘alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Jember, 25 April 2010
Dr. H.M. Nasim Fauzi
nasimfauzi.Blogspot.Com
JI. Gajah Mada 118,
Tlp. (0331)481127 Jember
Kepustakaan
01. A. Khozin Afandi, Pengetahuan Modern Dalam Islam, Al Ikhlas, Surabaya, 1995.
02. A. Qusyairi Ismail dan M. Achyat Ahmad, Menelaah Pikiran Agus Mustofa, Pustaka Sidogiri, Pasuruan, 1430 H.
03. Abdulqadir Hassan, Qamus Al-Quran, Yayasan Al-Muslimun, Bangil, 1991.
04. Alkitab Elektronik 2.0.0, Alkitab Terjemahan Baru, @ 1974, Lembaga Alkitab Indonesia.
05. Ali Audah, Konkordansi Quran, Utera AntarNusa dan Mizan, Bogor, 1997.
06. Arthur Beiser, Konsep Fisika Modern, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990.
07. Arthur E. Guyton M.D., Function of The Human Body, W.B. Saunders Company, Philadelphia and London, 1964.
08. Bey Arifin, Rangkaian Cerita dalam Al-Quran, PT Almaarif, Bandung, 1971.
09. David Bergamini, Alam Semesta, Tira Pustaka, Jakarta, 1979.
10. Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, CV Asy-Syifa, Semarang, 1999.
11. Dr. Drh. Mangku Sitepoe, Rekayasa Genetika, Grasindo, Jakarta, 2001.
12. Dr. Maurice Bucaille, Asal-usul Manusia Menurut Bibel Al-Quran Sains, Mizan, Bandung, 1986
13. Dr. Maurice Bucaille, Bibel, Qur-an dan Sains Modern, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1979.
14. Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Penerbit Mizan, Bandung, 1992.
15. Felix Pirani dan Christine Roche, Mengenal Alam Semesta, Mizan "For Beginners", Bandung, 1997.
16. M. Nurchalis Bakry dkk, Bioteknologi dan Al Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 1996.
17. Ibnu Katsir, Huru-hara Hari Kiamat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta , 2005.
18. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Tamasya ke Surga, Darul Falah, Jakarta, 1419 H.
19. John W. Kimball, Biologi Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990.
20. Larry Gonick & Mark Wheelis, Kartun Biologi Genetika, KPG Gramedia, Jakarta, 2001.
21. Majalah “Aku Tahu” Nomor 54 Tahun 1987, Jakarta.
22. N. Glinka, General Chemistry, Peace Publisher, Moscow, tanpa tahun. Sunday, January 13, 2008
23. Richard Leakey, Asal Usul Manusia, KPG, Jakarta, 2003.
24. Sandi Setiawan, Theory of Everything, Andi Offset, Yogyakarta, 1991.
25. Sukmadjaja Asyarie dkk, Indeks Al-Qur’an, Penerbit Pustaka, Bandung, 1984.
26. Toshihiko Izutsu, Konsep-konsep Etika Religius dalam Quran, PT Tiara Wacana, Yogjakarta, 1993.
27. T.W. Sadler, Embryologi Kedokteran Langman, Edisi ke-7, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.
28. William A. Haviland, Antropologi Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1988.
29. Joesoef Sou’yb, Adam dan Hawa Bukan Manusia Pertama di Bumi, Penerbit Rimbow, Medan, 1987.
-----------------------------------------------
Buku-buku tentang Stephen Hawking
------------------------------------------------
30. Stephen Hawking, Riwayat Sang Kala, Grafiti, Jakarta, 1994.
31. Stephen Hawking, Black Hoes and Baby Universe dan Esai-esai lain, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995.
32. J.P. McEnvoy dan Oscar Zarate, Mengenal Hawking For Beginners, Mizan, Bandung, 1998.
33. Kitty Fergusson, Stephen Hawking Pencarian Teori Segala Hal, Grafiti, Jakarta, 1995.