Senin, 26 Desember 2011

Zona Ring of Fire (Cincin Api) Indonesia

Gempa bumi adalah getaran (goncangan) yang terjadi karena pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi dan juga bisa dikarenakan adanya letusan gunung berapi. Gempa bumi sering terjadi di daerah yang berada dekat dengan gunung berapi dan juga di daerah yang dikelilingi lautan luas. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.

Gempa bumi yang hebat umumnya disebabkan oleh proses tektonik, yang terjadi karena pergerakan lempeng kerak bumi. Para ilmuwan berpendapat bahwa lempeng samudera yang mengapung pada lapisan yang bersifat padat tetapi sangat panas, mengalir secara perlahan, seperti cairan dengan viskositas (kekentalan) tinggi. Pada saat lempeng samudera menyusup ke bawah lempeng benua, terjadi gesekan yang menghambat proses penyusupan. Perlambatan gerak penyusupan menyebakan adanya akumulasi energi di zona subduksi dan zona patahan, akibatnya akan terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Apabila batas elastisitas batuan terlampaui akibat tekanan, tarikan, dan geseran, maka akan terjadi pensesaran batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba yang menyebar ke segala arah yang disebut gelombang gempa bumi atau gelombang seismik.

Pada zona patahan, getaran gempa bumi dapat terjadi akibat gerak relative naik yang disebut patahan (sesar) naik, gerak relative turun (patahan/sesar turun) dan gerak relative geser (patah/sesar geser). Penyebab lain memungkinkan terjadinya gempa bumi yaitu terjadi runtuhan pada atap-atap gua atau terowongan di daerah pertambangan. Gempa semacam ini disebut gempa runtuhan. Intensitas gempanya tidak begitu kuat dan hanya terasa di daerah sekitar runtuhan.

Gempa bumi adalah fenomena alam yang saat sulit sekali diperkirakan kedatangan apa lagi gempa tersebut berada di dasar laut yang akhirnya mengakibatkan gelombang tsunami. Hasil-nya banyak sekali kerugian baik jiwa dan harta benda yang hilang karena gempa yang di ikuti oleh gelombang tsunami ini, seperti baru-baru ini adalah gempa berkekuatan 9.1 SR dan gelombang tsunami yang menghantam Negara Jepang yang terkenal dengan teknologi tinggi-pun tak mampu untuk menahan kekuatan alam ini yang begitu dasyat. Begitu banyak kerugian yang di derita oleh Negara Sakura, baik jiwa maupun materil, hingga gara-gara gempa berkekuatan 9.1 SR dan gelombang tsunami membuat reaktor nuklir di negara tersebut rusak parah dan berimbas terhadap kebocoran radiasi nuklir.

Pada umumnya wilayah yang menjadi langgangan gempa adalah wilayah yang berada di Zona Ring of Fire (Cincin Api). Tak dapat dipungkiri bahwa letak geografis negara kita Indonesia berada di kawasan Ring of Fire (Cincin Api) dimana ada sisi positif dan sisi negatifnya. Salah satu sisi positifnya adalah tanah air kita memiliki tanah yang subur yang sudah terkenal dengan hasil rempah-rempahnya sejak jaman dahulu kala hingga sekarang; dan salah satu sisi negatifnya adalah rawan terhadap bahaya gempa (bumi), kecuali wilayah pulau Kalimantan yang relatif aman (jarang terkena gempa).


Gempa Tektonik Di Indonesia
Indonesia termasuk dalam kawasan lempeng Indo-Australia yang bertemu dengan lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia dengan luas 60 juta km2 bergerak ke arah Timur Laut setiap tahunnya dengan pergerakan rata-rata 60-70 mm per tahun. Kemudian di wilayah sisi barat daya Sumatera, di selatan Jawa dan Bali dan berakhir dekat benua Australia merupakan kawasan Sunda Megathrust sepanjang 5.500 km yang merupakan satu struktur yang paling aktif dengan aktifitas seismik di dunia. Aktivitas seismik inilah yang meyebabkan terjadinya patahan Sumatra (Great Sumatra Fault) sepanjang bukit Barisan dan siklus gempa besar setiap 200 tahun, kecuali satu bagian dari megathrust bawah pulau Siberut (kepulauan Mentawai) tidak pecah selama 200 tahun, dan bisa jadi hal ini juga disebabkan karena terpeleset (slip) serta dapat menyebabkan suatu gempa besar ( ? )


Gunung Berapi di Indonesia
Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan karena terjadinya aktivitas magma yang menyebabkan erupsi gunung berapi. Ini dapat diketahui karena banyak gunung berapi umumnya ditemukan di mana lempeng tektonik yang divergen atau konvergen, terutama dalam kawasan Ring of Fire. Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan mematikan.



Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu :

Bahaya Utama (Primer)
  1. Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 – 700º Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).
  2. Lontaran Material (pijar),terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200ºC), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai “bom vulkanik”.
  3. Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
  4. Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 – 1200ºC. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
  5. Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api Papandayan, dan terakhir meletus adalah Gunung Merapi di Jawah Tengah-Yogyakarta.
  6. Tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883.

Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut banjir lahar dingin.