Senin, 26 Desember 2011

Cucu-Cucu Kesayangan Rasulullah SAW (III) : Sayyidina HUSSEIN r.a

July 20, 2007 25 comments

red-rose.jpg

Baca juga kisah sebelumnya :

Sayidina Hassan dan Sayidina Hussein

Sayidina Hassan

Sayyidina Hussin dilahirkan di Kota Madinah pada 5 Syaban, tahun 4 Hijrah. Perbezaan umur di antara Sayyidina Hussin dan abangnya Sayyidina Hassan adalah setahun sepuluh bulan. Lahirnya Sayyidina Hussin turut menambahkan kegembiraan Rasulullah SAW. Baginda yang memberi nama “Hussin” itu yang bermaksud, “Si kecil cantik”.

Sewaktu menyambut kelahiran cucu lelakinya yang kedua itu, Rasulullah SAW begitu ceria. Sewaktu memangku cucunya itu, tiba-tiba wajah baginda berubah. Orang-orang yang berada di keliling baginda merasa hairan mengapa wajah baginda tiba-tiba berubah sedih. Rupanya Rasulullah SAW sudah tahu bahwa akhir hidup Sayyidina Hussin amatlah menyedihkan di mana beliau akan dibunuh dengan kejam. Read more…

Cucu-Cucu Kesayangan Rasulullah SAW (II) : Sayyidina HASSAN r.a

July 17, 2007 7 comments

yellow.jpg

Baca Juga Kisah Sebelumnya : Sayidina Hassan dan Sayidina Hussein

Sayyidina Hassan adalah cucu Rasulullah SAW dari puteri bungsu baginda yang paling disayanginya yaitu Siti Fatimah Az Zahra dan menantunya Sayyidina Ali, yang juga merupakan Sahabatnya yang sangat disayangi baginda.

Sayyidina Hassan lahir kira-kira sebulan sebelum Perang Uhud. Menurut ahli-ahli sejarah, tarikh lahirnya yang tepat ialah pada 15 Muharram. Namanya telah diberikan oleh baginda Rasulullah SAW sendiri. Nama ‘Hassan’ itu tidak pernah digunakan di Tanah Arab di zaman jahiliyah. Rasulullah SAW sangat gembira sekali dengan kelahiran Sayyidina Hassan.

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Sayyidina Hassan adalah salah seorang penghuni Syurga dan seorang yang paling mirip wajahnya dengan baginda. Pernah baginda bersabda kepada Sayyidina Hassan sendiri:

“Engkau menyerupai aku baik tentang bentuk rupamu maupun tentang akhlak.”

Bahkan Sayyidina Ali sendiri pernah berkata:

“Hassan menyerupai Rasulullah dari dada sampai ke kepala. Tetapi Hussin menyerupai Rasulullah di bahagian-bahagian lainnya, dari dada sampai ke bawah.” Read more…

HIKMAH HIJRAH: Allah Hendak Menaikkan Wibawa Kekasih-Nya

May 16, 2007 4 comments

hijrah

Hijrah adalah peristiwa seperti yang kita ketahui, diperingati sebagai tahun baru Islam, yaitu jatuh pada bulan Muharram. Mungkin sebagian dari kawan-kawan bertanya-tanya; mengapa tahun baru Islam dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah? bukan dari hari kelahiran Baginda, atau bukan dari hari ketika Baginda diangkat sebagai Rasul?

Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa ketika Nabi Muhammad akan menetapkan tahun baru Islam, Baginda bertanya dan meminta pendapat kepada para sahabat mengenai hal itu. Ada beberapa perbedaan pendapat saat itu namun akhirnya dapat disepakati bersama bahwa tahun baru Islam adalah ditandai dengan peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.

Di dalam tulisan ini akan dibahas tentang hikmah yang Allah sampaikan kepada manusia mengenai peristiwa Hijrah yang sangat bersejarah tersebut. Rasulullah pernah bersabda tentang hijrah, yang maknanya : sesungguhnya setiap perbuatan itu dinilai karena niatnya, siapa yg berhijrah karena dunia dia akan memperolehnya, yang hijrah untuk menikah dengan wanita. dia akan menikahinya, siapa berhijrah karena Allah & Rasul maka mereka akan mendapat Allah dan Rasul

Hijrah merupakan suatu peristiwa yang mempunyai hikmah mendalam, baik yang tersurat apalagi yang tersirat. Para sahabat saat itu mungkin belum mengetahui apa hasil yang akan mereka peroleh di masa depan dengan mereka ber-Hijrah tersebut. Mereka melakukannya semata-mata karena itu adalah perintah Allah, wahyu dari Allah yang disampaikan melalui Rasulullah. Di sini sudah ada satu poin yang bisa kita jadikan teladan, yaitu ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya apapun juga resikonya. Karena di dalam ketaatan itu ada berkat dari Allah SWT.

Hal ini perlu kita pahami agar jangan sampai makna Hijrah yang sebenarnya memudar atau bahkan menjadi bumerang kepada umat Islam sendiri. Kita sering mendengar tafsiran salah mengenai Hijrah, terkadang Hijrah sengaja diartikan oleh musuh Islam sebagai pelarian. Hal ini tentu saja tafsiran yang sangat buruk, sedangkan perintah Hijrah adalah wahyu dari Allah, bukan semata-mata kehendak Nabi Muhammad atau para sahabat. Walaupun peristiwa Hijrah seolah seperti lari tetapi jangan kita artikan sebagai lari.

Waktu itu Islam yang diturunkan belum sempurna, secara logika apabila Nabi Muhammad tidak Hijrah pun Baginda tidak akan terancam. Karena sebelum Islam sempurna, sebelum tugas keRasulan Baginda selesai, Baginda tidak akan meninggal dunia dan Islam tidak akan musnah. Tetapi karena Nabi Muhammad dan para sahabat merasakan bahwa perintah Hijrah itu adalah wahyu dari Allah, maka mereka taat semata. Mereka yakin bahwa jika sesuatu yang datang adalah wahyu dari Allah, maka hikmahnya pasti sungguh besar, walaupun mungkin ketika itu mereka belum mengetahuinya.Mereka adalah orang-orang yang Hanif atau Lurus Hati dengan Allah, jika mereka diseru maka mereka menjawab ”sami’naa wa atho’naa…”

Seperti yang sudah kita ketahui, Nabi Muhammad berdakwah terdiri dari 2 Era, yaitu Era Makkah dan Era Madinah, Era Makkah selama 13 tahun, lebih lama 3 tahun dari Era Madinah yang hanya 10 tahun saja. Di Era Makkah sedikit sekali wahyu dari Allah yang berupa syariat lahiriah ( bisa dilihat pada ayat-ayat Makiyyah ), kebanyakan wahyu yang turun saat itu adalah menyeru kepada seluruh manusia ( karena di saat awal-awal Islam masih sedikit sekali orang yang beriman ), wahyu yang turun berhubungan dengan tauhid, ketuhanan dan akhirat. Bahkan ketika peristiwa Hijrah tersebut para sahabat baru 2 tahun mendapat perintah Sholat ( perintah Sholat turun pada tahun 11 kenabian ketika peristiwa Mi’raj ).

Kenapa Allah kehendaki seperti itu?Apa hikmahnya? Jawabannya kurang lebih demikian. Di dalam Islam, yang namanya Syariat Lahiriah ( secara umum kita sebut saja Syariat, yaitu : Sholat, Puasa, Zakat, Haji, menutup aurat, muamalat, dsb ) adalah berfungsi untuk melahirkan Rasa Kehambaan, Rasa Cinta dan Takut kepada Allah, untuk merasakan Kebesaran dan Keagungan Allah. Bila Syariat, misalnya Sholat, tidak melahirkan Rasa Kehambaan serta Rasa Cinta dan Takut kepada Allah, maka apalah artinya kita mengerjakan Sholat.

Maka dari itu selama 13 tahun Nabi Muhammad mendidik para sahabat untuk mengenal Allah terlebih dahulu, mengenal akhirat, cinta kepada akhirat, cinta kepada Rasulullah. Untuk mendapatkan Rasa Cinta dan Takut kepada Allah tersebut maka perlu mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, ada pepatah berbunyi: ” tidak kenal maka tidak cinta”. Apabila sudah kenal, sudah cinta, sudah takut, maka para sahabat mudah sekali untuk diperintahkan bersyariat yang jumlahnya ribuan ( Sholat, Puasa, Zakat, Haji,menutup aurat, tidak minum arak, tidak berzina, dsb ). Mereka melakukan itu semua atas dasar cinta kepada Allah dan untuk mempersembahkan rasa cinta kepada Allah, bukan karena dipaksa-paksa atau terpaksa.Bukan karena takut kepada bos, atau malu kepada orang lain tetapi semata-mata karena Allah. Sesuai dengan Firman Allah yang maknanya : ” Sesungguhnya Sholatku dan Ibadahku dan Hidupku dan Matiku hanyalah untuk Allah Tuhan seluruh alam ”

Kalau kita pahami lebih mendalam, sebenarnya peristiwa Hijrah adalah sebuah cara yang Allah berikan untuk mewibawakan kekasihNya yaitu Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Kalau memang benar Nabi Muhammad itu adalah Penyelamat tetapi orang tidak melihat wibawa yang besar pada dirinya, maka banyak orang akan menentang atau menolaknya. Tetapi dengan peristiwa Hijrah tersebut wibawa Nabi Muhammad setiap hari meningkat di Madinah, sehingga akhirnya kembali lagi ke Makkah sekaligus menawan kota itu ( Baca Kisah Futuh Makkah atau Penaklukan Kota Makkah yang terjadi tanpa pertumpahan darah ).

route.jpg

Letak kewibawaan Rasulullah SAW yang Allah berikan dibalik peristiwa Hijrah minimal ada 5 poin sebagai berikut :

1. Tidak mudah untuk menyuruh atau mengajak orang berpindah. Apalagi dilakukan dengan berjalan kaki selama berminggu-minggu, di tengah gurun pasir, kekurangan air serta makanan, meninggalkan keluarga, rumah, kebun, ternak, dibawah tekanan musuh, dsb. Tatapi ajaibnya saat itu dengan mudah para sahabat disuruh pindah walaupun dengan bersusah payah. Atas dasar apa seorang manusia bisa memberi perintah seperti itu dan kemudian ditaati oleh pengikutnya? Jawabannya yaitu karena kewibawaan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Rasul, wibawa yang besar ini merupakan salah satu mukjizat maknawiyah Nabi Muhammad.

Baginda telah berhasil mendidik para sahabat selama 13 tahun sampai mendapatkan rasa Cinta dan Takut kepada Allah yang begitu mendalam, rasa cinta kepada akhirat dan cinta kepada RasulNya, sehingga atas dasar itulah mereka berHijrah. Jikalau perintah Hijrah itu terjadi pada tahun ke-2 atau ke-3 kenabian mungkin saja para sahabat akan menolak dan tidak mampu, karena saat itu kecintaan mereka terhadap Allah dan Rasulullah belum cukup mendalam. Jadi dengan peristiwa Hijrah ini wibawa Rasulullah naik di mata dunia khususnya penguasa-penguasa Romawi dan Persia. Mereka terheran-heran, bangsa yang sebelumnya menyembah berhala, hanya tahu unta serta kambing dan selalu berperang, tiba-tiba oleh seorang yang bernama Muhammad, segolongan orang dari bangsa itu rela bersusah payah menempuh halangan dan rintangan yang tidak semua orang sanggup menjalaninya. Benak mereka mulai berfikir bahwa orang yang bernama Muhammad ini pasti bukan orang sembarangan. Di sinilah wibawa Rasulullah mulai naik

2. Ketika peristiwa Hijrah, Nabi Muhammad sudah 13 tahun memperjuangkan agama Allah. Sudah banyak penduduk Madinah yang ulang-alik pergi dari Madinah ke Makkah. Penduduk Madinah ketika itu sudah sering mendengar tentang lahirnya seorang yang disebut sebagai Penyelamat, seorang Rasul. Secara tidak langsung mereka sudah mengenal pribadi Nabi Muhammad, walaupun belum pernah bertemu dengan Baginda atau hanya melalui cerita warga Madinah yang pernah pergi ke Makkah. Mereka terkesan dengan ajaran Islam yang begitu indah dan sesuai dengan fitrah manusia, tentang akhlak mereka, tentang kasih sayang mereka, tentang sifat-sifat Mahmudah mereka dsb. Maka ketika Rasulullah datang ke Madinah, penduduk Madinah bersuka ria menyambut kedatangan seorang Penyelamat yang ditunggu-tunggu itu dengan melantunkan syair ”thala’al badru ’alaina…”.

Penyambutan yang ajaib ini belum pernah berlaku di tempat lain sekalipun kepada para Raja. Padahal mereka ( warga Madinah ) hanya mendengar tentang Rasulullah dan Islam dari cerita orang-orang. Tetapi mereka sanggup menyerah diri kepada Rasulullah dan masuk Islam di bawah Rasulullah.Bukankah ini hebat, bukankah ini menunjukkan wibawa Nabi kita sungguh luar biasa? Di sini sudah dua poin wibawa Rasullullah naik.

3. Tidak hanya itu bahkan yang lebih ajaib, warga Madinah ( kemudian diberi nama kaum Anshor ) sanggup dipersaudarakan dengan warga Makkah ( kaum Muhajirin ), kaum Anshor sanggup menyerahkan segala miliknya, rumah mereka, harta mereka, kebun mereka untuk saudara-saudara barunya itu, bahkan yang memiliki istri lebih dari satu bersedia menceraikan istrinya untuk saudaranya tetapi hal ini dilarang oleh Rasulullah.Bukankah hal ini ajaib?mana ada orang di dunia ini memiliki ukhuwah sedemikia rupa. Begitulah hebatnya wibawa Rasulullah sanggup mempersatukan manusia atas dasar Cinta kepada Allah dan RasulNya.

Bahkan suku Aus dan suku Kahzraj yang sudah ratusan tahun berperang di Madinah sanggup akur dan berkasih sayang di bawah Islam. Mendengar cerita ini maka seluruh dunia bertambah terkejut termasuk penguasa Romawi dan Persia saat itu. Mereka semakin bertanya-tanya, siapa Muhammad sebenarnya?

4. Allah menyuruh berhijrah ke Madinah padahal di madinah Waktu itu Yahudi sudah berkuasa selama 300 tahun. Yahudi, mereka punya ekonomi, punya perdagangan yang kuat, kapitalisme sangat kuat, orang – orangnya cerdik dan pandai. Artinya selama 300 tahun itulah bangsa Arab Madinah dijajah oleh Yahudi dalam segala hal, sementara bangsa Arab waktu itu suka berperang sendiri, sungguh secara logika bukan keadaan yang menguntungkan pihak Rasulullah. Apakah Allah salah?Tentu saja tidak Maha Suci Allah dari kesalahan. Bagi Nabi Muhammad dan para Sahabat, mereka menyikapinya bukan dengan logika semata-mata, karena memang banyak hal dalam Islam ini diluar logika manusia yang hanya Allah saja yang tahu hikmahnya, tetapi mereka merespon dengan ruh atau hati yang cinta dan takut pada Allah, hati yang Hanif.

Blue Mosque Interior

Jadi ibaratnya Allah suruh Nabi Muhammad dan Sahabat berpindah ke sarang musuh, ajaib. Mampukah kita?atau adakah pemimpin di dunia ini yang mampu mengarahkan hal seperti ini?Saya rasa tidak ada.

Setelah Anshar dan Muhajirin dipersaudarakan maka Rasulullah meminta Sayidina Abdurrahman bin Auf ,seorang hartawan, untuk membuka sebuah kedai di tengah Pasar Ukas di tengah kota Madinah. Kedai tersebut kemudian diberi nama Suq Al Anshar atau Pasar Anshar. Pada awalnya Sayidina Abdurrahman bin Auf merasakan bahwa tugas yang diembannya merupakan tugas yang sangat berat, yang pada hakikatnya beliau diminta untuk mendirikan sistem Ekonomi bertaraf Allah dan Rasul untuk menumbangkan sistem kapitalis yang sudah bercokol 300 tahun. Yang dilakukan oleh Sayidina Abdurrahman bin Auf tentu saja bukan bikin proposal atau pinjam bank atau berpikir tentang duit atau lain-lain cara kapitalis, tapi yang dilakukan beliau adalah mengajukan ”proposal” kepada Allah dengan bertawasul dengan Rasulullah alias merintih, bertaubat, dan mohon petunjuk dari Allah agar dimudahkan dan dibantu.

Akhirnya berbekalkan beberapa orang tim beliau, dengan ukhuwah sesama muslim ( Anshar dan Muhajirin ) yang sudah sangat kuat, maka mudah saja untuk membuat Suq Al Anshar yang waktu itu menurut riwayat hanya berukuran 4m x 4m. Tetapi apa yang dilakukan Rasulullah? Rasulullah minta agar semua orang Islam berniaga, berjual beli di Suq Al Anshar tanpa terkecuali.

Sistem yang dipakai Sayidina Abdurrahman bin Auf sangat berbeda dengan kapitalis, beliau membeli bahan mentah dari produsen dengan harga sepantasnya dan menjualnya pula dengan harga yang pantas.Bukan seperti Yahudi dengan sistem Kapitalisnya yang membeli bahan dengan harga Murah dan menjualnya dengan harga sangat mahal serta memonopoli pasar. Karena pada prinsipnya, perniagaan dalam sistem Islam adalah khidmat atau servis kepada manusia, bukan untuk untung. Inilah yang dinamakan berniaga dengan Tuhan atau karena Tuhan ( bukan karena uang ) dan berkhidmat dengan manusia. Untung yang mereka cari adalah keuntungan dari Tuhan yang lebih besar yaitu keuntungan akhirat, sedangkan dengan sesama manusia mereka berkhidmat atau melayan dan memudahkan manusia.Keyakinan mereka dengan Allah sangat kental, mereka yakin apabila mereka bertaqwa, membantu sesama maka Allah akan mencukupkan rizki mereka. Allah sangat memuji, bahwa manusia yang paling baik adalah manusia yang banyak berkhidmat kepada sesama.

Salah satu strategi Sayidina Abdurrahman bin Auf adalah beliau berani menjual unta dengan harga dibawah harga pasar. Misalkan 1 ekor unta dijual 95 ribu oleh Yahudi beliau berani menjual dengan harga 90 ribu dengan kualitas yang sama. Bila Yahudi menurunkan harga maka beliau juga menurunkan harga. Sampai yang mengherankan misalnya harga modal seekor unta 70 ribu, dan saat itu Yahudi menjual 75 ribu, beliau berani menjual dengan harga modal bahkan lebih rendah dari itu. Secara logika atau lahiriah rugi, tapi keredhaan Allah lebih mahal dari itu semua, dan beliau yakin bahwa barang siapa menolong agama Allah maka Allah akan menolongnya. Buktinya perniagaan beliau sangat cepat berkembang. Ajaib, hanya dalam tempo 6 bulan saja sistem Kapitalis Yahudi di Madinah tumbang dan gulung tikar.

Dengan bermodalkan Allah ( keyakinan yang bulat pada Allah ) dalam berniaga serta ukhuwah yang kuat, kedai 4mx4m mampu menumbangkan Kapitalis Yahudi yang sudah bercokol 300 tahun hanya dalam waktu 6 bulan saja. Coba anda pikirkan. Sungguh menggetarkan dunia waktu itu, sungguh sangat ajaib. Dunia gempar, tapi kisah ini sengaja ditutupi oleh musuh Islam sehingga kita tidak dapat mengambil pelajaran darinya.

Semenjak saat itu Yahudi hengkang dari Madinah dan pergi ke Palestina sampai saat ini dalam keadaan terhina. Dan dendam mereka pada umat Islam tetap membara hingga sekarang. Dalam peristiwa itu dunia mengakui kebesaran Rasulullah, kewibawaan Baginda sungguh luar biasa saat itu.

5. Bila Madinah dapat ditawan maka Makkah kemudian dapat ditawan. ( Baca kisahnya dalam ayat Idzaa jaa Anasrullahi wal Fath…).Mulai saat itu dunia mulai melihat kepada Rasulullah, mereka ingin tahu siapa dan apa yang telah dibuat Rasulullah.Maka berbondong-bondonglah manusia memeluk Islam. Mereka rasa bahwa Rasulullah dan Islam adalah penyelamat dunia yang saat itu sedang dalam kacau balau dengan penindasan dan penzaliman pemerintahan Romawi dan Persia. Mereka ingin bernaung dan mendapat keselamatan dari Islam. Maka banyak bangsa ketika Rasulullah wafat bersedia menyerahkan diri untuk ditadbir oleh pemerintahan Islam.Mudah saja bangsa-angsa seperi Irak, Samarkhand, bahkan bangsa-bangsa di bawah kekuasaan Romawi menyerah diri dengan senang hati. Disinilah wibawa Rasulullah naik walaupun baginda telah wafat.

Makam Nabi

Semua itu adalah buah atau hasil perjuangan baginda selama 13 tahun ”memperjuangkan” Allah sehingga para Sahabat mendapat ”cinta dan takut kepada Allah”. Dengan bermodal itulah ukhuwah berbunga dan dengan semua itu serta adanya sosok pemimpin yang berTaqwa yang dilantik oleh Allah, mereka dapat menyelamatkan dunia . Sebab tanpa pemimpin yang berwibawa mustahil umat Islam akan bangkit. Inilah iktibar atau pelajaran untuk umat Islam saat ini agar mencontoh apa yang telah dicontohkan oleh Nabi kita SAW.