Minggu, 25 Desember 2011

Kisah Nabi Luth

Desember 3, 2009
Kisah Keenam

Sumber: Kisah-Kisah Shohih Seputar Nabi dan Rasul karya DR. ‘Umar Sulaiman al-Asyqor (Guru Besar Universitas Islam Yordania)

Pengantar

Nabiyullah Luth adalah salah seorang Nabi dan Rasul Allah yang menghadapi suatu kaum yang berhati dan bertabiat keras. Mereka memiliki penyimpangan akidah sekaligus penyimpangan perilaku. Penyimpangan mereka termasuk suatu keanehan dalam sejarah manusia. Mereka adalah orang-orang yang menyukai sesama jenis. Mereka melakukan kemunkaran di dalam perkumpulan mereka. Maka Luth berjihad besar untuk melawan mereka sehingga Allah menurunkan adzab kepada mereka.

Hadits ini menyinggung sepenggal berita tentang Luth. Ia hadir untuk menjelaskan sebagian yang tertera di dalam Al-Qur’an dan menambah berita baru yang tidak terdapat di dalamnya. Ia membela Nabiyullah Luth dari klaim para pendusta yang menisbatkan sesuatu kepadanya di mana Luth sepanjang umurnya berjuang untuk memeranginya dan membongkarnya.

Nash Hadits

Hakim meriwayatkan dalam Mustadrak Alas Shahihain dari Ibnu Abbas berkata, “Manakala utusan-utusan Allah datang kepada Luth, Luth mengira mereka adalah para tamu yang menemuinya. Maka Luth meminta mereka untuk mendekat dan mereka duduk di dekatnya. Luth menghadirkan tiga orang putrinya. Luth menyuruh putri-putrinya agar duduk di antara para tamu dan kaumnya. Maka kaumnya datang dengan tergopoh-gopoh. Ketika Luth melihat mereka, dia berkata, “Inilah putri-putriku. Mereka lebih suci bagimu, maka bertaqwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan namaku terhadap tamuku ini.” (QS. Hud: 78). Kaumnya menjawab, “Bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu dan sesungguhnya kamu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.” (QS. Hud: 79). Luth berkata, “Seandainya aku mempunyai kekuatan untuk menolakmu atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat, tentulah aku lakukan.” (QS. Hud: 80)

Lalu Jibril menengok kepadanya dan berkata, “Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan mampu mengganggumu.” (QS. Hud: 81). Ibnu Abbas berkata, “Lalu Jibril menghapus penglihatan mereka, maka mereka pulang dengan lari tunggang langgang sampai mereka keluar kepada orang-orang yang berada di pintu. Mereka berkata, ‘Kami datang kepada kalian dari sisi orang yang paling mahir sihirnya. Dia telah menghapus penglihatan kami.’ Maka mereka lari tunggang langgang sampai mereka masuk di sebuah desa. Pada malam hari desa itu diangkat sampai ia berada di antara langit dan bumi, sehingga mereka mendengar suara-suara burung di udara. Kemudian desa itu dijungkirbalikkan, lalu keluarlah angin kencang kepada mereka. Barangsiapa terkena angin itu, pastilah ia mati. Dan barangsiapa yang kabur dari desa tersebut, maka ia akan dikejar oleh angin tersebut yang berubah menjadi batu yang akan membunuhnya.”

Ibnu Abbas melanjutkan, “Lalu Luth pergi dengan ketiga putrinya. Ketika dia sampai di tempat begini-begini di kota Syam, putrinya yang besar meninggal, maka keluarlah darinya mata air yang bernama Wariyah. Luth terus berjalan hingga tiba di tempat yang dikehendaki oleh Allah, dan putrinya yang termuda mati, maka memancarlah dari sisinya mata air yang diberi nama Ra’ziyah. Putri Luth yang masih hidup adalah yang tengah.”

Takhrij Hadits

Diriwayatkan oleh Hakim dalam Mustadrak Alas Shahihain, 2/375, dalam Kitab Tafsir (tafsir surat Hud). Hakim berkata, “Ini adalah hadits shahih di atas syarat Syaikhain (Bukhari dan Muslim), tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.” Tashih-nya disetujui oleh Dzahabi.

Hakim berkata, “Mungkin saja ada yang menyangka bahwa hadits ini dan yang sejenisnya tergolong mauquf, padahal sebenarnya bukan. Karena jika seorang sahabat menafsirkan tilawah, maka ia adalah musnad (bersanad) menurut Syaikhain.”

Penjelasan Hadits

Hadits ini memaparkan berita Luth yang dibawa oleh Al-Qur’an. Hadits ini menyebutkan bahwa para Malaikat datang kepada Luth dalam wujud para pemuda yang tampan. Luth menerima mereka sebagai tamu dan mengkhawatirkan mereka dari ulah kaumnya. Karena, dia mengira mereka adalah para tamu yang singgah di desanya dan mereka tidak mengenal perilaku penduduknya yang rusak dan menyimpang.

Ketika para tamu itu memasuki rumah Luth, maka kaumnya mengetahui kehadiran mereka. Lalu mereka datang berbondong-bondong hendak mengganggu tamu-tamu Luth dan melakukan perbuatan keji kepada mereka. Maka Luth mendudukkan putri-putrinya di antara para tamu dan kaumnya. Luth menawarkan kepada mereka agar menikahi putri-putrinya, tetapi mereka menolak. Mereka tetap bersikeras melakukan perbuatan munkar seperti yang mereka niatkan. Luth kesal bukan main dan dia berharap memiliki kekuatan yang bisa membantunya dan melindunginya dari ancaman kaumnya serta untuk menolak kejahatan mereka.

Pada saat itu Jibril memberitahu Luth tentang siapa sebenarnya mereka. Mereka adalah para utusan Allah. Orang-orang lemah lagi bodoh itu tidak mungkin bisa mengganggu atau menjamah mereka. Jibril memukul mereka dengan sayapnya, sehingga mata mereka tidak bisa melihat. Mereka kabur dalam keadaan takut dan lemas seperti tikus dikejar kucing.

Pada akhir malam mereka diangkat ke langit. Bumi mereka, kota mereka, hewan mereka, dan tanaman mereka sampai Malaikat pun mendengar suara burung mereka di udara. Kota mereka dibalik, yang atas menjadi dibawah, dan diikuti oleh hujan batu panas. Tak seorang pun bisa selamat.

Semua itu terdapat di dalam Al-Qur’an. Dan yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an adalah bahwa keluarga Luth yang selamat dari adzab Allah adalah ketiga putrinya. Luth membawa keluarganya ke bumi Syam. Putri sulungnya wafat di tengah perjalanannya ke Syam, maka Allah mengeluarkan di sisinya mata air yang bernama Wariyah. Kemudian Luth terus berjalan menjauh kota tempat orang-orang yang disiksa, maka putri bungsunya wafat dan di tempat dia wafat memancarlah air yang bernama Ra’ziyah, dan yang tersisa dari putri-putri Luth adalah putri yang tengah.

Pelajaran-pelajaran dan Faedah-faedah Hadits

  1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyebutkan di dalam hadits tentang sebagian berita yang berkaitan dengan Luth yang tidak disinggung oleh Al-Qur’an.
  2. Nabi Luth tidak sebagaimana yang dituduhkan oleh para penyeleweng Taurat.
  3. Keterangan tentang besarnya dosa homoseksual. Keterangan tentang besarnya hukuman yang menimpa para pelaku dosa ini dan bahwa hukuman ini tidak jauh dari orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Luth.