Minggu, 25 Desember 2011

Fosil Nabi Adam ???

beberapa artikel mengenai HOAX dapat ditemui di site site luar disertai dengan penjelasan yang kurang lebih seperti ini:

Baru-baru ini dalam kegiatan eksporasi gas digurun pasir di Arab tenggara,ditemukan sebuah tengkorak dengan ukuran yang sangat luar biasa. Wilayah gurun pasir ini disebut juga sebagai wilayah kosong. Penemuan ini ditemukan oleh
tim ekspolari ARAMCO.Seperti tertulis dalam Al-Quran bahwa Allah (SWT) pernah menciptakan manusia dengan ukuran yang luar biasa sekitar 60 hasta atau 30 meter tingginya. Mereka adalah kaum Aad dimana Nabi Hud (AS) diutus. Mereka sangat tinggi, besar dan kuat sebagaimana mereka mampu menumbangkan batang pohon hanya dengan menggunakan tangan. Mereka hidup wilayah Iram dan Hadramaut (antara Yaman dan Saudi Arabia). Kaum Aad kemudian membangkang perintah Allah (SWT) dan nabi Hud dan mereka melanggar batas-batas yang telah digariskan Allah (SWT). Mereka kemudian dimusnahkan. Nabi Hud merupakan nabi dan rasul yang menjalankan tugasnya setelah jaman Nabi Nuh di perbatasan Yaman dan Saudi Arabia.Orang-orang Saudia Arabia percaya bahwa tengkorak tersebut berasal dari kaum Aad. Pihak kemiliteran Saudi Arabia menutup seluruh wilayah tsb dan tidak mengizinkan seorang pun memasukinya kecuali pihak ARAMCO.Berita ini disimpan secara rahasia tetapi sebuah helicopter militer mengambil beberapa gambar dari udara dan kemudian salah satu gambar tsb bocor ke internet di
Saudi Arabia.Perhatikan gambar di atas dan bandingkan ukuran dua lelaki yang sedang berdiri dengan ukuran tengkorak tsb
.

Gambar aseli

Ternyata, foto itu hanya rekayasa dari sebuah penemuan Fosil Mastodon
di Hyde Park New York..

Posisi gambar sebelum di edit

Sebelum di edit

adam ???

setelah diedit

untuk lebih jelasnya bisa buka di :
http://www.graphics.cornell.edu/outreach/mastodon/
atau :
http://www.hydeparklibrary.org/mastodon_ad_08282001.html

Tanpa ada maksud untuk mendiskreditkan saudara
kita yang Insya Allah bermaksud baik meneruskan
foto-foto tersebut, namun saya berharap agar setiap
informasi yang masuk ke kita perlu di Tabayyun… agar
umat Islam tidak menjadi bahan tertawaan…

rekan-rekan dapat mencoba membuka :
http://www.randi.org/jr/052104uk.html
pada bagian bawah situs tersebut jelas situs tersebut
mentertawakan kebodohan umat Islam

Lagipula saya belum pernah menemukan ayat AlQur’an yang menyebutkan tinggi kaum terdahulu menyerupai raksasa

wallahu’alam

Kontroversi buku: ternyata nabi adam dilahirkan

Ternyata

Judul : Ternyata Adam Dilahirkan, Adam tak diusir dari sorga
Penulis : Agus Mustofa
Penerbit : PADMA Press – Surabaya
Cetakan I : Juni 2007
Tebal : 256 halaman

Perdebatan akan asal-usul manusia atau bahkan kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini masih menjadi tanda tanya besar dan diskusi panjang yang tiada habisnya. Beberapa teori ilmiah telah mencoba untuk menjawab itu semua. Akan tetapi terus mengalami keraguan dan kesangsian setelah diuji seiring perubahan waktu yang menjadikannya tidak dapat diterima lagi. Salah satunya adalah teori evolusi yang ditelorkan oleh Darwin. Konsep kehidupan yang, menurutnya, berawal dari satu spesies hingga memunculkan beragam makluk hidup seperti sekarang ini. Termasuk adanya manusia sebagai makluk yang paling cerdik.

Disisi lain, sejarah penciptaan manusia sebenarnya telah melegenda. Berawal dari satu manusia laki-laki dan satu manusia perempuan yaitu Adam dan Hawa. Sebagaimana diinfomasikan oleh dogma agama-agama besar (Yahudi, Nasrani dan Islam). Hingga pada abad ini telah melahirkan (memunculkan) lebih dari 6 miliar manusia. Tersebar di segala penjuru dunia. Dari cerita ini, banyak manusia yang percaya begitu saja, walaupun memang ada hal-hal yang sedikit tidak masuk akal. Penjelasan singkat dan ringkas yang dianggap cukup dan tidak adanya kekritisan umat dalam beragama.

Diantaranya ialah bahwa Adam diciptakan oleh Tuhan dari tanah liat yang dibentuk semisal sebuah boneka. Kemudian ditiupkan kepadanya ruh. Maka jadilah Adam manusia dewasa yang hidup seketika itu juga. Selanjutnya di tempatkan di dalam surga. Tapi Adam merasa kesepian karena hanya seorang diri. Maka Tuhan pun menjadikan calon istrinya – Hawa. Caranya, Tuhan mengambil salah satu tulang rusuk Adam. Dari tulang rusuk Adam itulah kemudian tercipta Hawa sebagai manusia dewasa yang hidup.

Tak heran, cerita akan hal itu semua bertebaran dengan sangat bebas dan beragama. Mulai dari yang bersifat doktrin, tafsir, dongeng, legenda hingga pada penelusuran yang bersifat ilmiah. Dibandingkan dengan berbagai makhluk lainnya, manusia memang sangat istimewa. Manusia yang benar-benar menjadi aktor utama dalam kehidupan di jagat raya ini. Pemimpin kolektif atas segala fasilitas kehidupan yang telah tersedia secara ajaib di planet yang sangat istimewa pula ini.

Dalam serial diskusi tasawwuf modern kali ini, Agus Mustafa kembali mengahadirkan buku yang sangat (selalu) kontrovesial. Tidak main-main, beliau memberikan nama judul bukunya dengan “Ternyata Adam Dilahirkan”. Menjadikan simpang siur pemahaman tentang penciptaan Adam meskipun sama-sama bersumber pada Al-Qur’an (kita suci umat Islam). Menurut penulis buku ini, kebanyakan umat Islam tidak mengambil ayat-ayat Al-Qur’an secara utuh dan holistik yang akhirnya memunculkan pemahaman yang sepotong-potong.

Pembahasan di dalam buku ini, Agus Mustafa, mengajak seluruh pembaca untuk kembali membuka tirai gelap proses penciptaan Adam dan Hawa yang juga tertuang dalam Al-Qur’an. Dengan harapan tidak bersikap apriori terlebih dahulu terhadap sudut pandang baru (”negatif”) dalam memahami hal ini. Pemahaman akan Al-Qur’an yang kebenarannya tidak diragukan lagi seraya dibuktikan pula dengan penemuan-penemuan ilmiah termuktahir yang selama ini justru diperoleh oleh ilmuwan-ilmuwan non-muslim.

Tidak dapat terelakkan lagi memang, perdebatan sengit seputar asal-usul kehidupan makhluk hidup tidak akan pernah padam sepanjang sejarah manusia masih terus berlangsung. Akan tetapi setidaknya akan terus hanya terdapat dua kelompok besar dalam hal ini. Pertama adalah kelompok agamawan dan yang kedua adalah kelompok ilmuwan. Pada masing-masing kelompok juga tentunya terbagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

Dikalangan umat Islam sendiri misalnya, juga masih belum ada kesepakatan tentang hal ini. Secara umum, kebanyakan umat Islam memiliki pandangan bahwa Allah menciptakan manusia pertama dari tanah dengan mengucapkan “kun“. Maka seketika itu pula terciptalah Adam. Sedangkan Hawa (istrinya) diciptakan dari tulang rusuk dari dirinya yang kemudian diucapkan pula oleh Allah “kun“.

Padahal, hasil penelusuran penulis buku ini, Al-Qur’an tidak pernah menyebut bahwa Adam sebagai manusia pertama dan Hawa manusia kedua yang diciptakan setelah Adam. Banyak ayat dalam Al-Qur’an jutsru memberi indikasi kuat bahwa Adam dan Hawa adalah salah satu dari sekian banyak species manusia yang telah ada pada waktu itu. Misalnya dalam QS. Al-A’Raaf (7) ayat 10-11. begitu pula dalam QS. Ali Imran (3) ayat 33 dan masih banyak lagi dalam beberapa ayat-ayat lainnya.

Dari sini, sesungguhnya para pembaca kembali digugah kekritisannya dan juga dituntut untuk terus mendiskusikan akan asal usul pencipataan manusia sebagaimana Al-Qur’an telah memberikan “sinyal-sinyal” yang tentunya menjadikan penasaran berat. Dan yang menarik, perkembangan ilmu pengetahuan manusia semakin lama semakin mendekati “tirai pembatas” kaburnya sejarah manusia itu sendiri.

Sebagaimana sejarah penciptaan manusia sendiri ternyata telah terekam dalam DNA sebagai penyusun genetikanya. Dari sanalah misteri penciptaan “manusia pertama” akan mulai terbongkar kembali. Dengan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak ada keranguan didalamnya serta dukungan hasil penelitian ilmiah termuktahir, manusia bakal bertemu dengan sebuah surprise tentang sejarah “drama superkolosal” di planet biru ini.

Saya berusaha membantah pemikiran Agus sebagai berikut:
Tidak disebutkan di dalam al-Quran bahwa Nabi Adam dilahirkan sebagaimana tidak juga disebutkan bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama. Jika demikian, berarti kedua-dua pemikiran itu sama-sama sah. Maka istilah “Nabi Adam dilahirkan” itu hanya pernyataan sepihak dari orang yang berpandangan demikian. Orang yang berbeda pendapat dengannya sah mengatakan: “Ini pemikiran yang batil”.

Saya cenderung lebih terbuka dan demokratis. Jika memang apa yang dikatakannya benar, maka orang yang berbeda pandangan sudah seharusnya “bertaubat” dan mengikutinya. Selagi masih bisa dibantah dengan dalil dan argumentasi yang kuat, maka dengan sendirinya peluang untuk mendapatkan kebenaran masih sangat terbuka. Kalau saya lihat dalil-dalil yang dikemukakan Agus, itu hanya penafsiran dia saja bahwa Nabi Adam itu dilahirkan. Jadi, kalau Agus tidak punya background ilmu tafsir, pendapatnya ini bisa saja diabaikan. Sangat jauh berbeda jika yang mengatakannya ahli tafsir. Tetapi, tidak apa kita bedah sedikit untuk memperlihatkan kebenaran dan kekeliruannya.

Di dalam resensi buku tersebut ada kalimat, “Menurut penulis buku ini, kebanyakan umat Islam tidak mengambil ayat-ayat Al-Qur’an secara utuh dan holistik yang akhirnya memunculkan pemahaman yang sepotong-potong.” Istilah “kebanyakan umat Islam” bisa termasuk di dalamnya para ulama. Jika para ulama dimasukkan ke dalamnya, sehebat apakah Agus Mustofa sehingga dia merasa bahwa para ulama tidak mengambil ayat-ayat al-Quran secara utuh dan holistik. Jika kita mengambil istilah “utuh”, berarti juga mengambil istilah “kaffah”. Apakah hukum Islam sudah ditegakkan oleh Agus? Apakah Agus juga menghendaki sistem Islam berjalan di Indonesia? Kalau Agus memang sangat menginginkan penerapan Islam dalam seluruh kehidupan, sah-sah saja Agus berkata seperti itu. Tapi kalau tidak, ya dia menganut pemikiran Yahudi. Karena orang Yahudi itu mengambil ayat yang satu dan membuang ayat yang lain. Menurut orang Yahudi, ayat yang lain itu tidak berguna baginya. Seharusnya, masalah ini juga menjadi renungan buat Agus sendiri.

Tidak selamanya pemikiran yang mapan itu salah. Misalnya saja pemikiran bahwa shalat itu lima waktu. Pemikiran ini sudah tidak bisa dibantah lagi. Yang membantahnya justru orang yang tidak punya kerjaan atau hanya sekedar mencari sensasi dan popularitas. Apakah Nabi Adam itu diciptakan secara terpisah, sebagaimana yang menjadi pendapat mayoritas agama samawi, adalah salah? Ketika saya membaca ayat-ayat al-Quran, justru saya semakin yakin bahwa Adam itu diciptakan secara terpisah atau tidak dilahirkan dari makhluk sebelumnya. Meskipun saya tidak meragukan pendapat yang mengatakan bahwa sebelum Nabi Adam ada makhluk yang mirip manusia. Imam Ali menyebutnya “halgan nas nas”. Mahmud Ayub menafsirkan kata ini dengan “makhluk mirip monyet”. Kalangan ilmuwan menyebutnya “manusia purba”. Tidak bisakah Allah menciptakan dengan mengatakan “kun fa yakun” – Jadi, maka jadilah pada saat itu juga? Tidak perlu menafsirkannya lagi panjang lebar dengan mengatakan bahwa kata itu tidak secara jelas meniadakan proses. Jika kita sudah berpikir bahwa kekuasaan Allah itu terbatas dan Allah tidak mungkin melakukannya, itu saja sudah menganggap bahwa kemampuan Allah itu tidak ada bedanya dengan kemampuan makhluk-Nya. Naudzubillah!

Coba kita lihat ayat-ayat yang dijadikan dalil penulis buku tersebut. Misalnya QS. Al-A’Raaf (7) ayat 10-11 yang berbunyi: “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: ‘Bersujudlah kamu kepada Adam’, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.”

Apakah ayat ini secara implisit maupun eksplisit mengatakan bahwa Nabi Adam dilahirkan? Padahal ayat 10 itu tidak ada hubungannya dengan ayat 11. Lalu kenapa digabungkan oleh penulisnya? Jika kita ingin memahami ayat 10 secara utuh, maka kita harus melihat ayat-ayat sebelumnya, bukan pada ayat 11. Dan kalau kita ingin memahami ayat 11, maka lihatlah ayat sesudahnya. Para mufasir sering melakukan hal yang semacam ini dan hasilnya dengan baik dapat dilihat pada al-Quran terjemahan depag. Di dalam satu surat biasanya suka ada judul bab ayat, misalnya, ayat 1-5 tertulis tentang “Kewajiban mengikuti wahyu dan akibat menentangnya.” Nanti ayat selanjutnya, misalnya, ayat 6-10 berbicara tentang “Permusuhan syetan terhadap manusia”. Penulisan-penulisan bab seperti ini agar pembaca al-Quran dapat memahami maksud dari ayat-ayat al-Quran itu sendiri. Para mufasir modern lebih senang menerapkan tafsir semacam ini. Istilahnya “Maudhu’i”. Hal ini dapat dilihat mulai dari Tafsir al-Maraghi, Fi Zhilal, dan buku-buku Dr. Quraish Shihab. Misalnya ayat-ayat al-Quran tentang shalat dikumpulkan kemudian ditafsirkan. Hal ini membuat hubungan antara ayat dengan ayat yang lain semakin terlihat pada satu bahasan tertentu.

Ayat selanjutnya yang dijadikan acuan adalah QS. Ali Imran: 33: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat.” Apakah menurut Anda ayat ini mengatakan bahwa Nabi Adam itu dilahirkan? Tidak! Saya tidak hendak mengatakan bahwa tidak ada makhluk yang mirip manusia sebelum Nabi Adam atau pada saat Nabi Adam hidup. Jika merujuk pada teori Lineus, yaitu teori kemiripan desain. Tentu bisa saja demikian. Monyet itu memang ada kemiripan dengan manusia (Adam), tapi bukan berarti manusia itu keturunan (berkerabatan) dengan monyet. Atau monyet melahirkan manusia. Monyet ya monyet, manusia ya manusia. Kalau ada bukti bahwa manusia keturunan monyet, buktikan kepada saya sekarang juga! Lha, para ilmuwan pada saat ini saja sedang bingung mencari mata rantai yang hilang (missing link). Apalagi orang awam. Misalnya saja ada yang mengatakan bahwa missing link itu adalah manusia purba Neanderthal. Tapi ternyata teori tersebut diruntuhkan sendiri oleh hasil penemuan terbaru. Jadi hingga kini belum ada bukti sedikit pun bahwa missing link itu benar-benar ada. Profesor Phillip Johnson dari Universitas California mengatakan, Teori Darwinisme meramalkan adanya sebuah “kerucut peningkatan keragaman”, yang mana organisme hidup pertama, atau spesies hewan pertama, secara bertahap dan kontinyu menjadi beragam dan menciptakan tingkat taksonomi yang lebih tinggi. Namun catatan fosil binatang lebih mirip kerucut yang terbalik, yaitu banyak filum yang berada di jenjang awal, dan setelah itu semakin berkurang.

Mengenai Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam, itu bukan dongengan atau khayalan orang-orang, tapi berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dan hal ini sudah menjadi jumhur mufassirin atau kesepakatan ahli tafsir. Jadi, Agus Mustofa pakai dalil yang mana? Dan, apakah jumhur mufassirin lebih jelek penafsirannya ketimbang Agus? Jika ilmu agama Agus lebih hebat dari Imam Thabari, Imam Ibnu Katsir, Imam as-Suyuti dan ulama-ulama ahli tafsir lainnya, ya ngga apa-apa. Tapi, siapa sih Agus? Apakah dia telah menghasilkan karya yang serius sebagaimana ulama-ulama tersebut telah menghasilkannya?

Mengapa ayat yang berhubungan dengan penciptaan Adam mengatakan bahwa Adam diciptakan dari tanah, sedangkan ayat lain yang berhubungan dengan bani (keturunan) Adam mengatakan bahwa manusia diciptakan dari air mani yang hina (sperma)? Ini saja sudah membuktikan bahwa Nabi Adam As. itu berbeda dengan keturunannya yang jelas-jelas DILAHIRKAN. Baca ayat: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka.” (QS. al-A’raf: 172). Tidak ada ayat yang secara tegas berbunyi bahwa Nabi Adam dilahirkan sebagaimana ada ayat yang tegas mengatakan bahwa keturunan Nabi Adam itu dilahirkan. Lihat juga QS. al-Hijr: 26, al-A’raf: 12, al-Isra: 61, Shaad: 71. Tentang keturunan Adam diciptakan dari “air mani” dapat dibaca pada QS. al-Ma’arij: 39, al-Mursalat: 20, al-Haj: 5, al-Kahfi: 37, al-Mu’minun: 12-14, Fathir: 11, Yasin: 77, an-Najm: 46.

Dari semua pemikiran Agus tersebut dapat diruntuhkan dengan satu ayat. Ini mungkin sedikit ekstrem, tapi simaklah baik-baik ayat ini: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: ‘Jadilah’ (seorang manusia), maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran: 59). Mengapa Allah menurunkan ayat ini? Bacalah ayat-ayat sebelumnya. Ayat-ayat itu membantah ketuhanan Isa (Yesus). Jika memang Yesus itu Tuhan atau anak Tuhan karena tidak memiliki bapak, bagaimana dengan Adam yang tidak memiliki bapak dan ibu? Tentu dalam hal ini Adam lebih hebat daripada Yesus dan belum terdengar di telinga kalau ada orang yang menuhankan Adam. Jadi, dari ayat ini secara tegas mengatakan bahwa “NABI ADAM TIDAK DILAHIRKAN TETAPI DICIPTAKAN DARI TANAH.”