Sabtu, 24 Desember 2011

Kisah Nabi Ayub

Berkata salah seorang malaikat kepada kawan-kawannya yang lagi berkumpul berbincang-bincang tentang tingkah-laku makhluk Allah, jenis manusia di atas bumi : "Aku tidak melihat seorang manusia yang hidup di atas bumi Allah yang lebih baik dari hamba Allah Ayyub". Ia adalah seorang mukmin sejati ahli ibadah yang tekun. Dari rezeki yang luas dan harta kekayaan yang diberikan oleh Allah kepadanya, ia mengenepikan sebahagian untuk menolong orang-orang yang memerlukan para fakir miskin. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah, sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan kurnia yang diberikan kepadanya."
Para kawanan malaikat yang mendengarkan kata-kata pujian dan sanjungan untuk diri Ayyub mengakui kebenaran itu bahkan masing-masing menambahkan lagi dengan menyebut beberapa sifat dan tabiat yang lain yang ada pada diri Ayyub.

Percakapan para malaikat yang memuji-muji Ayyub itu didengar oleh Iblis yang sedang berada tidak jauh dari tempat mereka berkumpul. Iblis merasa panas hati dan jengkel mendengar kata-kata pujian bagi seseorang dari keturunan Adam yang ia telah bersumpah akan disesatkan ketika ia dikeluarkan dari syurga kerananya. Ia tidak rela melihat seorang dari anak cucu anak Nabi Adam menjadi seorang mukmin yang baik, ahli ibadah yang tekun dan melakukan amal soleh sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah.

Pergilah Iblis mendatangi Ayyub untuk menyatakan sendiri sampai sejauh mana kebenaran kata-kata pujian para malaikat itu kepada diri Ayyub. Ternyata memang benar Ayyub patut mendapat segala pujian itu. Ia mendatangi Ayyub bergelimpangan dalam kenikmatan duniawi, tenggelam dalam kekayaan yang tidak ternilai besarnya, mengepalai keluarga yang besar yang hidup rukun, damai dan bakti. Ia mendapati Ayyub tidak tersilau matanya oleh kekayaan yang ia miliki dan tidak tergoyahkan imannya oleh kenikmatan duniawinya. Siang dan malam ia sentiasa menemui Ayyub berada di mihrabnya melakukan solat, sujud dan tasyakur kepada Allah atas segala pemberian-Nya. Mulutnya tidak berhenti menyebut nama Allah berzikir, bertasbih dan bertahmid. Ayyub ditemuinya sebagai seorang yang penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah yang lemah, yang lapar diberinya makan, yang telanjang diberinya pakaian, yang bodoh diajar dan dipimpin dan yang salah ditegur.

Iblis gagal dalam usahanya memujuk Ayyub. Telinga Ayyub pekak terhadap segala bisikannya dan fitnahannya dan hatinya yang sudah penuh dengan iman dan takwa tidak ada tempat lagi bagi bibit-bibit kesesatan yang ditaburkan oleh Iblis. Cinta dan taatnya kepada Allah merupakan benteng yang ampuh terhadap serangan Iblis dengan peluru kebohongan dan pemutar-balikan kebenaran yang semuanya mental tidak mendapatkan sasaran pada diri Ayyub.
Akan tetapi Iblis bukanlah Iblis jika ia berputus asa dan kegagalannya memujuk Ayyub secara langsung. Ia pergi menghadapi kepada Allah untuk menghasut. Ia berkata : " Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub yang menyembah dan memuji-muji-Mu, bertasbih dan bertahmid menyebut nama-Mu, ia tidak berbuat demikian seikhlas dan setulus hatinya kerana cinta dan taat pada-Mu. Ia melakukan itu semua dan berlaku sebagai hamba yang soleh tekun beribadah kepada-Mu hanya kerana takut akan kehilangan semua kenikmatan duniawi yang telah Engkau kurniakan kepadanya. Ia takut, jika ia tidak berbuat demikian , bahawa engkau akan mencabut daripadanya segala nikmat yang telah ia perolehnya berupa puluhan ribu haiwan ternakan, beribu-ribu hektar tanah ladang, berpuluh-puluh hamba sahaya dan pembantu serta keluarga dan putera-puteri yang soleh dan bakti. Tidakkah semuanya itu patut disyukuri untuk tidak terlepas dari pemilikannya dan habis terkena musibah? Di samping itu Ayyub masih mengharapkan agar kekayaannya bertambah menjadi berlipat ganda. Untuk tujuan dan maksud itulah Ayyub mendekatkan diri kepada-Mu dengan ibadah dan amal-amal solehnya dan andai kata ia terkena musibah dan kehilangan semua yang ia miliki, nescaya ia akan mengubah sikapnya dan akan melalaikan kewajibannya beribadah kepada-Mu."

Allah berfirman kepada Iblis : " Sesungguhnya Ayyub adalah seorang hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku, ia seorang mukmin sejati, apa yang ia lakukan untuk mendekati dirinya kepada-Ku adalah semata-mata didorong oleh iman yang teguh dan taat yang bulat kepada-Ku. Iman dan takwa yang telah meresap di dalam lubuk hatinya serta menguasai seluruh jiwa raganya tidak akan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawinya. Cintanya kepada-Ku yang telah menjiwai amal ibadah dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi kurang, musibah apa pun yang akan melanda dalam dirinya dan harta kekayaannya. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut daripadanya atau menjadikannya bertambah berlipat ganda. Ia bersih dari semua tuduhan dan prasangkamu. Engkau memang tidak rela melihathamba-hamba-Ku anak cucu Adan berada di atas jalan yang benar, lurus dan tidak tersesat. Dan untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan kebulatan imannya kepada-Ku dan kepada takdir-Ku, Aku izinkan engkau untuk mencuba menggodanya serta memalingkannya daripada-Ku. Kerahkanlah pembantu-pembantumu menggoda Ayyub melalui harta kekayaannya dan keluarganya. Cuba binasakanlah harta kekayaannya dan cerai-beraikanlah keluarganya yang rukun dan bahagia itu dan lihatlah sampai di mana kebolehanmu menyesatkan dan merusakkan iman hamba-Ku Ayyub itu."

Dikumpulkanlah oleh Iblis syaitan-syaitan, pembantunya, diberitahukan bahawa ia telah mendapatkan izin dari Tuhan untuk mengganyang ayyub, merusak aqidah dan imannya dan memalingkannya dari Tuhannya yang ia sembah dengan sepenuh hati dan keyakinan. Jalannya ialah dengan memusnahkan harta kekayaannya sehingga ia menjadi seorang yang papa dan miskin, mencerai-beraikan keluarganya sehingga ia menjadi sebatang kara tidak berkeluarga, Iblis berseru kepada pembantu-pembantunya itu agar melaksanakan tugas penyesatan Ayyub sebaik-baiknya dengan segala daya dan siasat apa saja yang mereka dapat lakukan.

Dengan berbagai cara gangguan, akhirnya berhasillah kawanan syaitan itu menghancurkan-luluhkan kekayaan Ayyub, yang dimulai dengan haiwan-haiwan ternakannya yang bergelimpangan mati satu persatu sehingga habis sama sekali, kemudian disusul ladang-ladang dan kebun-kebun tanamannya yang rusak menjadi kering dan gedung-gedungnya yang terbakar habis dimakan api, sehingga dalam waktu yang sangat singkat sekali Ayyub yang kaya-raya tiba-tiba menjadi seorang papa miskin tidak memiliki selain hatinya yang penuh iman dan takwa serta jiwanya yang besar.

Setelah berhasil menghabiskan kekayaan dan harta milik Ayyub datanglah Iblis kepadanya menyerupai sebagai seorang tua yang tampak bijaksana dan berpengalaman dan berkata: "Sesungguhnya musibah yang menimpa dirimu sangat dahsyat sekali sehingga dalam waktu yang begitu sempit telah habis semua kekayaanmu dan hilang semua harta kekayaan milikmu. Kawan-kawanmu merasa sedih ssedang musuh-musuhmu bersenang hati dan gembira melihat penderitaan yang engkau alami akibat musibah yang susul-menyusul melanda kekayaan dan harta milikmu. Mereka bertanya-tanya, gerangan apakah yang menyebabkan Ayyub tertimpa musibah yang hebat itu yang menjadikannya dalam sekelip mata kehilangan semua harta miliknya. Sementara orang dari mereka berkata bahawa mungkin kerana Ayyub tidak ikhlas dalam ibadah dan semua amal kebajikannya dan ada yang berkata bahawa andaikan Allah, Tuhan Ayyub, benar-benar berkuasa, nescaya Dia dapat menyelamatkan Ayyub dari malapetaka, mengingat bahawa ia telah menggunakan seluruh waktunya beribadah dan berzikir, tidak pernah melanggar perintah-Nya . Seorang lain menggunjing dengan mengatakan bahawa mungkin amal ibadah Ayyub tidak diterima oleh Tuhan, kerana ia tidak melakukan itu dari hati yang bersih dan sifat ria dan ingin dipuji dan banyak lagi cerita-cerita orang tentang kejadian yang sangat menyedihkan itu. Akupun menaruh simpati kepadamu, hai Ayyub dan turut bersedih hati dan berdukacita atas nasib yang buruk yang engkau telah alami."

Iblis yang menyerupai sebagai orang tua itu - mengakhiri kata-kata hasutannya seraya memperhatikan wajah Ayyub yang tetap tenang berseri-seri tidak menampakkan tanda-tanda kesedihan atau sesalan yang ingin ditimbulkan oleh Iblis dengan kata-kata racunnya itu. Ayyub berkata kepadanya : "Ketahuilah bahawa apa yang aku telah miliki berupa harta benda, gedung-gedung, tanah ladang dan haiwan ternakan serta lain-lainnya semuanya itu adalah barangan titipan Allah yang diminta-Nya kembali setelah aku cukup menikmatinya dan memanfaatkannya sepanjang masa atau ibarat barang pinjaman yang diminta kembali oleh tuannya jika saatnya telah tiba. Maka segala syukur dan ouji bagi Allah yang telah memberikan kurniaan-Nya kepadaku dan mencabutnya kembali pula dari siapa yang Dia kehendaki dan mencabutnya pula dari siapa saja yang Dia suka. Dia adalah yang Maha Kuasa mengangkat darjat seseorang atau menurunkannya menurut kehendak-Nya. kami sebagai hamba-hamba makhluk-Nya yang lemah patut berserah diri kepada-Nya dan menerima segala qadha' dan takdir-Nya yang kadang kala kami belum dapat mengerti dan menangkap hikmah yang terkandung dalam qadha' dan takdir-Nya itu."

Selesai mengucapkan kata-kata jawabnya kepada Iblis yang sedang duduk tercenggang di depannya, menyungkurlah Ayyub bersujud kepada Allah memohon ampun atas segala dosa dan keteguhan iman serta kesabaran atas segala cubaan dan ujian-Nya.
Iblis segera meninggalkan rumah Ayyub dengan rasa kecewa bahawa racun hasutannya tidak termakan oleh hati hamba Allah yang bernama Ayyub itu. Akan tetapi Iblis tidak akan pernah berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah nyatakan di hadapan Allah dan malaikat-Nya bahawa ia akan berusaha menyesatkan Bani Adam di mana saja mereka berada. Ia merencanakan melanjutkan usaha gangguan dan godaannya kepada Ayyub lewat penghancuran keluarganya yang sedang hidup rukun, damai dan saling hidup cinta mencintai dan harga menghargai. Iblis datang lagi menghadap kepada Tuhan dan meminta izin meneruskan usahanya mencuba Ayyub. Berkata ia kepada Tuhan: "Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh hasutanku dan sedikit pun tidak goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meski pun ia sudah kehilangan semua kekayaannya dan kembali hidup papa dan miskin kerana ia masih mempunyai putera-putera yang cekap yang dapat ia andalkan untuk mengembalikan semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidupnya di hari tuanya. Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah yang mengenai harta kekayaannya mengenai keluarganya pula, apa lagi bila ia sangat sayang dan mencintai, maka izinkanlah aku mencuba kesabarannya dan keteguhannya kali ini melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap keluarganya dan putera-puteranya yang ia sangat sayang dan cintai itu."

Allah meluluskan permintaan Iblis itu dan berfirman: "Aku mengizinkan engkau mencuba sekali lagi menggoyahkan hati Ayyub yang penuh iman, tawakkal dan kesabaran tiu dengan caramu yang lain, namun ketahuilah bahawa engkau tidak akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan iman Ayyub dan menipiskan kepercayaannya kepada-Ku."
Iblis lalu pergi bersama pembantu-pembantunya menuju tempat tinggal putera-putera Ayyub di suatu gedung yang penuh dengan sarana-sarana kemewahan dan kemegahan, lalu digoyangkanlah gedung itu hingga roboh berantakan menjatuhi dan menimbuni seluruh penghuninya. Kemudian cepat-cepatlah pergi Iblis mengunjungi Ayyub di rumahnya, menyerupai sebagai seorang dari kawan-kawan Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan menyatakan turut berdukacita atas musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata kepada Ayyub dalam takziahnya: "Hai Ayyub, sudahkah engkau melihat putera-puteramu yang mati tertimbun di bawah runtuhan gedung yang roboh akibat gempa bumi? Kiranya, wahai Ayyub, Tuhan tidak menerima ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu sebagai imbalan bagi amal solehmu dan sujud rukukmu siang dan malam."

Mendengar kata-kata Iblis itu, menangislah Ayyub tersedu-sedu seraya berucap: "Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut."

Iblis keluar meninggalkan Ayyub dalam keadaan bersujud munajat dengan rasa jengkel dan marah kepada dirinya sendiri kerana telah gagal untuk kedua kalinya memujuk dan menghasut Ayyub. Ia pergi menghadap Tuhan dan berkata: "Wahai Tuhan, Ayyub sudah kehilangan semua harta benda dan seluruh kekayaannya dan hari ini ia ditinggalkan oleh putera-puteranya yang mati terbunuh di bawah runtuhan gedung yang telah kami hancurkan , namun ia masih tetap dalam keadaan mentalnya yang kuat dan sihat. Ia hanya menangis tersedu-sedu namun batinnya, jiwanya, iman dan kepercayaannya kepada-Mu tidak tergoyah sama sekali. Izinkan aku mencubanya kali ini mengganggu kesihatan bandanya dan kekuatan fizikalnya, kerana jika ia sudah jatuh sakit dan kekuatannya menjadi lumpuh, nescaya ia akan mulai malas melakukan ibadah dan lama-kelamaan akan melalaikan kewajibannya kepada-Mu dan menjadi lunturlah iman dan akidahnya."

Allah tetap menentang Iblis bahawa ia tidak akan berhasil dalam usahanya menggoda Ayyub walau bagaimana pun besarnya musibah yang ditimpakan kepadanya dan bagaimana pun beratnya cubaan yang dialaminya. Kerana Allah telah menetapkan dia menjadi teladan kesabaran, keteguhan iman dan ketekunan beribadah bagi hamba-hamba-Nya. Allah berfirman kepada Iblis: "Bolehlah engkau mencuba lagi usahamu mengganggu kesihatan badan dan kekuatan fizikal Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu dan menghamba pilihan-Ku ini."

Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih baksil penyakit ke dalam tubuh Ayyub. Baksil-baksil ysng ditaburkan itu segera mengganyang kesihatan Ayyub yang menjadikan ia menderita berbagai-bagai penyakit, deman panas, batuk dan lain-lain lagi sehingga menyebabkan badannya makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik . Ianya akhir dijauhi oleh orang-orang sekampungnya dan oleh kawan-kawan dekatnya, kerana penyakit Ayyub dapat menular dengan cepatnya kepada orang-orang yang menyentuhnya atau mendekatinya. Ia menjadi terasing daripada pergaulan orang di tempatnya dan hanya isterinyalah yang tetap mendampinginya, merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang, melayani segala keperluannya tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal hati dari penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh itu.

Iblis memperhatikan Ayyub dalam keadaan yang sudah amat parah itu tidak meninggalkan adat kebiasaannya, ibadahnya, zikirnya, ia tidak mengeluh, tidak bergaduh, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya bila ia merasakan sakit. Iblis merasa kesal hati dan jengkel melihat ketabahan hati Ayyub menanggung derita dan kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian. Iblis kehabisan akal, tidak tahu apa usaha lagi yang harus diterapkan bagi mencapai tujuannya merusakkan aqidah dan iman Ayyub. Ia lalu meminta bantuan fikiran dari para kawan-kawan pembantunya, apa yang harus dilakukan lagi untuk menyesatkan Ayyub setelah segala usahanya gagal tidak mencapai sasarannya.

Bertanya mereka kepadanya: "Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu yang ampuh serta kelincinanmu menyebar benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang biasanya tidak pernah sia-sia?" Seorang pembantu lain berkata: "Engkau telah berhasil mengeluarkan Adam dari syurga, bagaimanakah engkau lakukan itu semuanya sampai berhasilnya tujuanmu itu?"
"Dengan memujuk isterinya", jawab Iblis. "Jika demikian" berkata syaitan itu kembali, "Laksanakanlah siasat itu dan terapkanlah terhadap Ayyub, hembuskanlah racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawatnya, namun masih tetap patuh dan setia."

"Benarlah dan tepat fikiranmu itu," kata Iblis, "Hanya tinggal itulah satu-satu jalan yang belum aku cuba. Pasti kali ini dengan cara menghasut isterinya aku akan berhasil melaksanakan akan maksudku selama ini."
Dengan rencana barunya pergilah Iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar sebagai seorang kawan lelaki yang rapat dengan suaminya. Ia berkata kepada isteri Ayyub: "Apa khabar dan bagaimana keadaan suamimu di ketika ini?"
Seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah suaminya, berkata isteri Ayyub kepada Iblis itu, tamunya: "Itulah dia terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam keadaan parah, mati tidak hidup pun tidak."

Kata-kata isteri Ayyub itu menimbulkan harapan bagi Iblis bahawa ia kali ini akan berhasil maka diingatkanlah isteri Ayyub akan masa mudanya di mana ia hidup dengan suaminya dalam keadaan sihat, bahagia dan makmur dan dibawakannyalah kenang-kenangan dan kemesraan. Kemudian keluarlah Iblis dari rumah Ayyub meninggalkan isteri Ayyub duduk termenung seorang diri, mengenangkan masa lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraan hidupnya, membanding-bandingkannya dengan masa di mana berbagai penderitaan dan musibah dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya kekayaan dan harta-benda, disusul dengan kematian puteranya, dan kemudian yang terakhirnya diikuti oleh penyakit suaminya yang parah yang sangat menjemukan itu. Isteri Ayyub merasa kesepian berada di rumah sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tiada sahabat tiada kerabat, tiada handai, tiada taulan, semua menjauhi mereka kerana khuatir kejangkitan penyakit kulit Ayyub yang menular dan menjijikkan itu.

Seraya menarik nafas panjang datanglah isteri Ayyub mendekati suaminya yang sedang menderita kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya berkata: "Wahai sayangku, sampai bilakah engkau terseksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah kekayaanmu, putera-puteramu, sahabat-sahabatmu dan kawan-kawan terdekatmu? Oh, alangkah syahdunya masa lampau kami, usia muda, badan sihat, sarana kebahagiaan dan kesejahteraan hidup tersedia dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali masa yang manis itu? Mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berpanjangan ini."

Berkata Ayyub menjawab keluhan isterinya: "Wahai isteriku yang kusayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa yang lalu, menangisi anak-anak kita yang telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon kepada Allah agar kami dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang kami alami masa kini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kami tidak menikmati masa hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu?" "Lapan puluh tahun", jawab isteri Ayyub. "Lalu berapa lama kami telah hidup dalam penderitaan ini?" tanya lagi Ayyub. "Tujuh tahun", jawab si isteri.

"Aku malu", Ayyub melanjutkan jawabannya," memohon dari Allah membebaskan kami dari sengsaraan dan penderitaan yang telah kami alami belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah kurniakan kepada kami. Kiranya engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis imanmu dan berkesal hati menerima taqdir dan hukum Allah. Tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan diriku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri di tempat ini sampai Allah menentukan taqdir-Nya."

Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, maka Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah, tiada sanak saudara, tiada anak dan tiada isteri. Ia bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa: "Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan kepayahan dan kesusahan serta seksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis. Allah mewahyukan firman kepadanya: "Hantamkanlah kakimu ke tanah. Dari situ air akan memancur dan dengan air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesihatan dan kekuatan badanmu jika engkau gunakannya untuk minum dan mandimu."

Dengan izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah segera Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali menampakkan lebih sihat dan lebih kuat daripada sebelum ia menderita.
Dalam pada itu isterinya yang telah diusir dan meninggalkan dia seorang diri di tempat tinggalnya yang terasing, jauh dari jiran, jauh dari keramaian kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya, namun ia hampir tidak mengenalnya kembali, kerana bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit itu yang berada didepannya, tetapi Ayyub yang muda belia, segar bugar, sihat afiat seakan-akan tidak pernah sakit dan menderita. Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan kurnia-Nya mengembalikan kesihatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya.

Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu, namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya dan menyekutuinya di dalam segala duka dan deritanya. Ia bingung, hatinya terumbang-ambingkan oleh dua perasaan, ia merasa berwajiban melaksanakan sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan bakti itu tidak patut, kata hatinya, menjalani hukuman yang seberat itu. Akhirnya Allah memberi jalan keluar baginya dengan firman-Nya: "Hai Ayyub, ambillah dengan tanganmu seikat rumput dan cambuklah isterimu dengan rumput itu seratus kali sesuai dengan sesuai dengan sumpahmu, sehingga dengan demikian tertebuslah sumpahmu."

Nabi Ayyub dipilih oleh Allah sebagai nabi dan teladan yang baik bagi hamba-hamba_Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman sehingga kini nama Ayyub disebut orang sebagai simbul kesabaran. Orang menyatakan , si Fulan memiliki kesabaran Ayyub dan sebagainya. Dan Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan saja dengan memulihkan kembali kesihatan badannya dan kekuatan fizikalnya kepada keadaan seperti masa mudanya, bahkan dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan kekayaan harta-bendanya dengan berlipat gandanya. Juga kepadanya dikurniakan lagi putera-putera sebanyak yang telah hilang dan mati dalam musibah yang ia telah alami. Demikianlah rahmat Tuhan dan kurnia-Nya kepada Nabi Ayyub yang telah berhasil melalui masa ujian yang berat dengan penuh sabar, tawakkal dan beriman kepada Allah.


KISAH NABI AYYUB MENURUT AL-QUR'AN DAN HADITS NABI


Allah swt berfirman:

وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ

”dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: "Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan". (Qs. Shuad (38): 41).



Dalam Al Qur’an nama Ayub (أَيُّوبْ) terdapat 4 kali: QS. Al Baqarah (2):163; Al An’am (6):84; Al Anbiya’(21):83 dan Shad (38):41.



Akhbar menceritakan bahwa Nabi Ayyub عليه السلام berasal dari keturunan Romawi. Dia termasuk salah satu keturunan Al 'Aish bin Ishaq bin Ibrahim عليه السلام

Di antara keturunan Al 'Aish yang menjadi Nabi hanyalah Ayyub عليه السلام. Ibunya adalah putri Nabi Luth عليه السلام. Istri beliau bernama Rahmah. Dia adalah putri dari Ifratsim bin Yusuf عليه السلام . Menurut versi Al 'Azizi, Ayyub عليه السلام ini sudah menjadi seorang Nabi sejak zamannya Ya'qub. Dia diutus oleh Allah kepada pendudukHauran daerah di sekitar Damaskus. As-Suddi meriwayatkan bahwa Ayyub عليه السلام adalah orang yang kaya raya. Dia selalu memuliakan para tamu yang berkunjung ke desanya, memberikan tempat penginapan bagi orang-orang asing dan senantiasa menyedekahkan barang dagangan dan tanaman pertaniannya. Di samping itu, dia juga dikaruniai banyak anak yang menjadikannya menjadi keluarga besar.



Silsilah Nasab Nabi Ayyub dan Dzulkifli عليهما السلام

Ibrahim عليه السلام

Ishaq عليه السلام

Ish

Rum

Tawikh

Amush

Ayyub عليه السلام + Rahmah

Dzulkifli عليه السلام

(yang berarti “yang mempunyai jaminan”)



Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa Nabi Ayyub عليه السلام ini memiliki kebiasaan beribadah melampaui orang-orang biasa. Hal inilah yang membuat Iblis menjadi tidak senang pada Ayyub عليه السلام. Pada saat itu, Iblis belum dilarang untuk naik ke langit. Di atas sana, Iblis berbincang-bincang dengan para malaikat yang selalu memuji Ayyub عليه السلام karena kepribadiannya yang suka beribadah, dermawan dan memuliakan tamu-tamu yang datang. Maka Iblis berkata sendiri, '”jika Ayyub عليه السلام ini jatuh miskin, maka dia tidak akan lagi menyembah Allah. Dan seandainya aku diberi wewenang oleh Allah untuk menguras hartanya, maka niscaya dia akan meninggalkan ibadahnya." Kemudian Allah mewahyukan pada Iblis, Aku sudah memberikan wewenang padamu untuk merusak harta Ayyub عليه السلام."



Iblis kemudian mengumpulkan prajurit-prajuritnya untuk pergi menuju ladang dan hewan ternak milik Ayyub عليه السلام. Ayyub sendiri baru menyadari adanya suatu kejanggalan setelah ada api yang berkobar dahsyat keluar dari dalam tanah untuk membakar habis tanaman-tanamannya. Kemudian api itu berhembus menerpa hewan-hewan ternaknya dan akhirnya luluh lantak habis tidak tersisa.



Setelah itu Iblis menemui Ayyub عليه السلام yang sedang berdiri shalat di mihrabnya. Dia berkata pada Ayyub عليه السلام, "Tuhan yang kau sembah itu telah membakar semua tanamanmu dan membinasakan semua hewan ternakmu." Ayyub menjawab, "Segala puji hanya bagi Allah. Dia-lah yang telah memberikanku karunia-Nya dan kemudian mengambiiya kembali dariku." Lalu Iblis kembali naik ke langit dan bertemu dengan para malaikat, dia ditanya, "Bagaimana usahamu!" tanya malaikat. 'Ayyub عليه السلام, sabar menerimanya:' jawab Iblis. 'Ayyub عليه السلام memang telah terpaut dengan janji Tuhamya. Seandainya Allah memberikan kewenangan bagku untuk mencelakakan anak-anaknya, maka tentu dia tidak akan tahan melihatnya," gumam Iblis kemudian. Allah mengizinkan Iblis untuk melakukan rencana buruknya. Lalu Iblis mendatangi kediaman keluarga Ayyub عليه السلام dan menggoyahkannya dengan keras sampai roboh.



Maka semua isi rumah yang terdiri dari sanak famili Ayyub عليه السلام celaka dan binasa. Kemudian Iblis dengan wujud seorang pembantu keluarga menemui Ayyub عليه السلام yang sedang khusyu' beribadah di ruangan mihrabnya. Iblis mendekati Ayyub sambil menangis terisak-isak. Ayyub عليه السلام berkata padanya, 'Apa yang telah terjadi, Bi!" Pembantu itu menjawab, 'Rumah tuan hancur dan menimpa semua sanak famili yang ada di dalamnya. Mereka semua menjadi korban dalam kecelakaan tersebut. Kemudian Ayyub عليه السلام berujar, "Segala puji bagi Allah yang telah memberiku dan kemudian mengambil kembali pemberian-Nya dariku." Iblis datang kembali dengan wujud seorang pelayan keluarga, "Seandainya tuan menyaksikan musibah yang menimpa anak-anak tuan, niscaya tuan menyaksikan darah mereka mengalir, perut mereka pecah dan usus-ususnya keluar." Iblis terus berkata demikian dengan nada memelas agar Ayyub عليه السلام merasa iba mendengarnya. Dan memang benar akhirnya hati Ayyub عليه السلام lemah lunglai kemudian menangis dan bekata, Ya Tuhan, seandainya aku tidak Engkau ciptakan." Mendengar ucapan Ayyub عليه السلام tersebut, Iblis gembira. Akan tetapi tak lama kemudian Ayyub عليه السلام langsung memohon ampun atas keteledorannya, seterusnya beliau bersikap sabar dan ikhlas menerima ketentuan Tuhannya.



Melihat keteguhan Ayyub عليه السلام tersebut, Iblis berkata sendiri, "Seandahya Allah memberikan kewenangan bagiku untuk merusak anggota tubuhnya, maka dia tidak mungkin akan sabar menerimanya." Dan Allah mengizinkan Iblis untuk melakukan hal itu. Maka Iblis langsung mendatangi mihrabnya Ayyub عليه السلام yang ditemukan sedang khusyu' beribadah di dalamnya. Iblis kemudian mendekat pada Ayyub عليه السلام untuk meniup hidungnya. Secara spontan, tiba-tiba sekujur tubuh Ayyub عليه السلام mulai ujung kepala sampai telapak kaki terasa gatal-gatal. Ayyub lalu menggaruknya dengan batu sampai dagingnya melepuh, kuku-kukunya tercerabut dari akarya, kulitnya lepas sehingga tulang-belulangnya kelihatan.

Di samping itu, aroma tubuhnya mengeluarkan bau badan yang busuk dan hal ini membuat belatung-belatung kecil keluar dari sekujur tubuhnya. Penyakit itu dirasakan begitu pedih oleh Ayyub عليه السلام menjalar pada jasadnya.



Ada yang mengatakan Ayyub عليه السلام mempunyai tiga orang istri. Setelah mereka melihat kondisi suaminya yang terkena penyakit kulit begitu menjijikkan, akhirnya mereka

memutuskan untuk meninggalkannya. Dan satu-satunya istri yang masih setia pada Ayyub عليه السلام hanyalah Rahmah. Tidak berhenti sampai di situ, Iblis kemudian mendatangi penduduk kampung dan berseru, "Saudara-saudara semua harus mengusir Ayyub عليه السلام dari perkampungan ini. Sebab jika dia masih berdiam diri di sini, maka saudara-saudara nanti akan terkena penyakitnya!" Penduduk kampung pun ramai-ramai mendatangi Rahmah dan berkata padanya, "Hai Rahmah, bawalah suamimu pergi. Dan jika tidak, maka kami akan mernbunuhnya."

Mendengar ancaman tersebut, Rahmah berkemas untuk memboyong Ayyub عليه السلام.

Dia membawa suaminya dengan cara di gendong di kedua pundaknya. Mereka berdua menelusuri perjalanan sampai berhenti di suatu retuntuhan. Di tempat itulah, Rahmah merebahkan suaminya. Dan Ayyub عليه السلام pun tidur dengan tanah sebagai alasnya.



Menurut penuturan Wahab bin Munabbih, Ayyub عليه السلام terlelap tidur di atas tanah dengan belatung yang terus menerus keluar dari sekujur tubuhnya.



Selain istrinya, tidak ada seorang pun yang mau mendekatinya. Hal itu dijalani mereka berdua selama tujuh tahun. Rahmah sendiri untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari- harinya sengaja pergi ke perkampungan. Dia bekerja pada mereka dan hasilnya untuk membeli roti dan makanan. Suatu saat Iblis menemui penduduk kampung untuk menghasut mereka. Dia berseru, "Saudara-saudara semua jangan membiarkan Rahmah masuk ke perhampungan ini. Sebab dia nanti akan menularkan penyakit yang diderita suamninya." Maka ketika Rahmah datang untuk bekerja, mereka langsung menegurnya, "Hai Rahmah, jauhkan suamimu dari kami. Jia tidak, maka kami akan melemparinya dengan batu sampai dia mati!" kata mereka mmgancam. Rahmah akhirnya mengalah dlan membawa pergi suaminya dengan digendong di atas kedua pundaknya. Dia pergi bersama Ayyub عليه السلام

menuju tempat yang jauh dad perkampungan. Setelah sampai pada tempat yang dituju, Rahmah meletakkan suaminya di atas hamparan kerikil dengan batu sebagai bantalnya. Kemudian dia berkata, "Suamiku, mohonlah kepada Allah agar penyakimu sembuh." Tetapi Ayyub عليه السلام menjawabnya dengan penuh kepasrahan, "Rahmah! Allah sengaja tidak memberikan pada kita akan nikmat-nikmat-Nya. Hal itu dimaksudkan untuk mencoba kita, apakah kita sabar dalam menghadapi musibah-Nya atau tidak."

Rahmah sendiri mencoba untuk pergi dan mengetuk pintu-pintu rumah penduduk untuk meminta belas kasih mereka. Tetapi mereka malah mengusirnya. Pergilah kau dari daerah kami! Jangan kau tularkan penyakit suamimu pada kami!" Maka tatkala 'Rahmah sudah kehabisan cara untuk mendapatkan makanan, sedangkan Ayyub عليه السلام, suaminya, sudah merasa sangat lapar, maka dia memutuskan untuk memotong gelungan rambutnya. Kemudian gelungan itu dijualnya demi sepotong roti. Setelah itu, dia pulang menemui Ayyub عليه السلام dengan membawa roti. Ayyub bertanya padanya, "Dan mana engkau peroleh roti ini, istriku!" Dan Rahmah pun menceritakan usahanya untuk mendapatkan roti itu, yaitu dengan cara menukarnya dengan gelungan rambutnya. Begitu mendengar penuturan istrinya, Ayyub عليه السلام kontan saja menangis terisak-isak, kemudian ia bersabar dan pasrah.



Dalam sebuah hadits riwayat Mu'adz bin Jabal ra, dia mendengar Rasuiullah saw bersabda, 'Jika ada nanah atau darah yang keluar dari salah seorang lelaki, kemudian istrinya mengusap dengan jilatan lidahnya dan dia tidak ridha pada ishya itu, maka lelaki itu nanti pada hari kiamat akan ditempatkan di dalam peti yang terbuat dari api sampai turun ke dasar Jabanam."



Selanjutnya Wahab bin Munabbih menuturkan, suatu saat Iblis menyamar sebagai seorang dokter bertemu pada Rahmah, istrinya Ayyub عليه السلام. Iblis berkata; ” Apakah Anda benar istrinya Ayyub ?" Benar ” kata Rahmah singkat, kemudian Iblis melanjutkan, aku akan mengobati penyakit suamimu dengan syarat dia harus memotong hewan tanpa menyebut nama Allah. Di samping itu dia juga harus meminum khamr." Lalu Rahmah pulang dan menceritakan hal itu pada Ayyub عليه السلام. Mendengar penuturan istrinya itu, Ayyub عليه السلام marah dan berkata, "Celaka kamu, dia itu Iblis laknatullah." Kemudian Ayyub عليه السلام bersumpah bahwa beliau akan mencambuk istrinya sebanyak seratus kali setelah dia sembuh dari penyakitnya. Penyebab kemarahan Ayyub عليه السلام dikarenakan Rahmah menerima begitu saja persyaratan dari Iblis tanpa mengatakan bahwa Allah sendiri nanti yang akan menyembuhkannya.



Selanjutnya Ayyub عليه السلام menangis dan bermunajat,

'Ya Tuhanku, aku tidak mungkin bisa menentukan dua pilihan kecuali di sana ada ridha-Mu. Aku tidak peduli dengan keinginanku tanpa disertai ridha-Mu. Aku sama sekali tidak merasa kenyang ketika makan karena takut aku lupa pada orang yang lapar. Maka dosa apa yang aku lakukan sehingga Engkau menyiksaku seperti ini." Kemudian Allah mewahyukan pada Ayyub, 'Wahai Ayyub! Apakah kesabaranmu atas cobaan ini berkat pertolongan-Ku atau keinginanmu," lalu turun lagi wahyu padanya, 'Wahai Ayyub! Seandainya aku jadikan setiap helai rambut yang ada di tubuhmu itu kesabaran, maka kamu tidak akan kuat merasakan sebagian kepedihan yang menggejala di jasadmu."



Menurut Al Kisa'i, ketika belatung itu terus keluar dan menjalar di sekujur tubuh Ayyub عليه السلام, sampai ada yang mau menyentuh lidahnya, maka Ayyub عليه السلام merasa khawatir hal itu mengganggu kesibukannya berdzikir kepada Allah. Beliau berdoa,

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ , فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآَتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ

83. dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang".

84. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (QS Al Anbiya’ (21);83-84

وأخرج أبو نعيم وابن عساكر عن الحسن قال : إن كانت الدودة لتقع من جسد أيوب فيأخذها إلى مكانها ويقول : كلي من رزق الله) الدر المنثور – السيوطي(

Dan dari Abu Nu’aim dan Ibn Asakir dari Hasan berkata, “Jika belatung itu terlepas atau terjatuh dari tubuh beliau (Ayyub) maka dikembalikan lagi ke tempatnya dan beliau berkata : “ makanlah dari rizki (yang diberikan) Allah.” (dalam Kitab Dur Al Mantsur – As Suyuthi)



As-Suddi menuturkan, setelah Ayyub عليه السلام mengucapkan doa di atas, maka Allah mengetahui bahwa Ayyub memang benar-benar telah kaget menerima penyakit itu (belatung yang mau merusak lisannya) sebab kesibukannya berdzikir pada-Nya. Maka datanglah malaikat Jibril menjenguk Ayyub عليه السلام dengad membawa; buah delima (ada yang mengatakan buah kelapa) dari surga. Lalu Ayyub عليه السلام bertanya padanya, "Siapakah Anda, wahai orang baik yang telah membuat aku gembira tatkala para shahabat dan orang-orang yang aku cintai meninggalkanku sendiri."



Kemudian Jibril mendekatkan buah delima itu pada Ayyub عليه السلام agar dimakannya. Begitu Ayyub عليه السلام memakannya, maka semua rasa sakit yang diderita di dalam tubuhnya hilang seketika. Jibril berkata padanya, 'Wahai Ayyub, bangunlah!? “

"Bagaimana aku bisa bangun, sedangkan jasadku tidak berdaya apa-apa,” jawab Ayyub عليه السلام. Maka Jibril memegang Ayyub dengan tangannya kemudian memapahnya! sekitar dua belas langkah, lalu berkata padanya, "Coba sekarang doronglah dengan kaki kananmu (untuk berjalan)!" Maka Ayyub melihat ada sebuah mata. air yang sejuk. Jibril kembali menyuruhnya, "Mandilah dengan air hangat dan minum dengan air dingin!" Maka ketika Ayyub melaksanakan saran tersebut, spontan saja kegantengan dan kemolekannya tampak kembali, tubuhnya bersih bagaikan perak yang bersinar. Lalu membawakan sebuah mantel dari surga. untuk dipakaikan pada Ayyub. Setelah itu Jibril memasangkah-mahkota dari

surga untuknya. Dengan demikian Ayyub menjadi sosok yang bersih bersinar bagaikan matahari yang sedang menerangi. Pada saat itu pula Ayyub langsung melakukan shalat dua rakaat sebagai tanda syukur pada Allah atas nikmat dan keridhaan yang telah diberikan kepadanya.



Selanjumya Wahab bin Munabbih menuturkan, setelah Ayyub mandi di Sumber air tersebut, maka belatung yang ada pada tubuhnya menjadi bertebaran membentuk permadani emas. Kemudian belatung itu terbang di udara. Dan akhirnya apa yang tadinya sebagai musibah menjadi nikmat baginya. Menurut Abu Laits As Samarkindy, dalam Tanbihul Ghafilin, hari itu adalh 10 Muharram. Sedangkan menurut keterangan dari As-Suddi, konon Ayyub mandi di sumber air tersebut dan sembuh dari penyakitnya pada hari Nairuz (hari tahun baru Iran). Karenanya, kita menemukan tradisi menyemprotkan manisan dengan air pada hari Nairuz.



Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Nabiyullah Ayyub ditimpa musibah selama delapan belas tahun. Orang dekat dan orang jauh menolaknya, kecuali dua orang laki-laki saudaranya yang selalu menjenguknya setiap pagi dan petang hari. Suatu hari salah seorang dari keduanya berkata kepada temannya, 'Ketahuilah, demi Allah, Ayyub telah melakukan sebuah dosa yang tidak dilakukan oleh seorang manusia di dunia ini.’ Temannya menanggapi, ’Apa itu?’ Dia menjawab, ’Sudah delapan belas tahun Allah tidak merahmatinya dan tidak mengangkat ujian yang menimpanya.’

Manakala keduanya pergi kepada Ayyub, salah seorang dari keduanya tidak tahan dan dia mengatakan hal itu kepada Ayyub. Maka Ayyub عليه السلام berkata, ’Aku tidak mengerti apa yang kalian berdua katakan. Hanya saja, Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang laki-laki yang bersengketa dan keduanya menyebut nama Allah, lalu aku pulang ke rumah dan bersedekah untuk keduanya karena aku khawatir nama Allah disebut kecuali dalam kebenaran.’

Nabi saw bersabda, "Ayyub pergi buang hajat. Jika dia buang hajat, istrinya menuntunnya sampai di tempat buang hajat. Suatu hari Ayyub عليه السلام terlambat dari istrinya dan Allah mewahyukan kepada Ayyub عليه السلام, ”Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum." (QS. Shad: 42) Istrinya menunggunya cukup lama. Dia melihat dan memperhatikannya sedang berjalan ke arahnya, sementara Allah telah menghilangkan penyakitnya dan dia lebih tampan dari sebelumnya. Ketika istrinya melihatnya, dia berkata, ”Semoga Allah memberimu berkah, apakah kamu melihat Nabiyullah, orang yang sedang diuji? Demi Allah, kamu sangat mirip dengannya jika dia itu dalam keadaan sehat.’ Ayyub عليه السلام berkata, ”Sesungguhnya akulah Ayyub.”

Ayyub عليه السلام memiliki dua tempat untuk mengeringkan hasil bumi, yang pertama untuk gandum dan yang kedua untuk jewawut, lalu Allah mengirim dua potong awan. Ketika awan yang pertama tiba di atas tempat pengeringan gandum, ia memuntahkan emas sampai ia melimpah, dan awan yang lainnya menumpahkan di tempat pengeringan jewawut sampai melimpah pula."


Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dalam Musnad-nya (1/176-177), Abu Nuaim dalam Al-Hilyah (3/374-375) dari dua jalan dari Said bin Abu Maryam. Nafi' bin Yazid menyampaikan kepada kami, Aqil memberitakan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik secara marfu’." Dan dia berkata, "Gharib dari hadits Az-Zuhri,

tidak ada yang meriwayatkan darinya kecuali Aqil. Rawi-rawinya disepakati keadilan mereka. Nafi meriwayatkannya secara sendiri."

Muslim meriwayatkan haditsnya, rawi-rawi lainnya adalah rawi-rawi Syaikhain. Jadi, hadits ini shahih. Ia dishahihkan oleh Ad-Dhiya' Al-Maqdisi. Dia meriwayatkannya dalam Al-Mukhtarah (2/220-221) dari jalan ini. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (2091) dari Ibnu Wuhaib. Nafi' bin Yazid memberitakan kepada kami."

Perawi melanjutkan, pada saat Ayyub عليه السلام sembuh, Rahmah sedang pergi mencari makanan untuk suaminya, Ayyub عليه السلام. Tiba-tiba Iblis datang menemui Rahmah di jalan. Dia berkata, "Sampai kapan kau kerja keras seperti ini demi mengabdi pada suamimu yang tidak sabar menerima musibah? Bukankah dia pernah berjanji akan mencambukmu seratus kali jika ia sembuh dari penyakitnya?" Tetapi Rahmah terus berjalan untuk menemui Ayyub عليه السلام dengan tidak memperdulikan omongan Iblis tersebut. Sesampainya di tempat, Rahmah merasa kehilangan Ayyub عليه السلام. Dia mencari Ayyub ke mana-mana tetapi tidak juga ditemukan. "Ayyub! Apakah binatang buas telah memangsamu. Atau jangan- jangan kamu telah ditelan bumi!" seru Rahmah memanggil-manggil suaminya dengan nada cemas. Kemudian Ayyub عليه السلام datang dan berkata pada istrinya, "Hai wanita muda, siapa yang kau cari?" "Aku sedang mencari Ash-Shabir Ayyub,'' jelas Rahmah tidak mengenal Ayyub عليه السلام yang berada di hadapannya. Pada saat itu Ayyub عليه السلام mengenakan pakaian mewah. Di atas kepalanya terdapat mahkota dan di sampingnya terlihat ada sumber air mengalir. Ayyub عليه السلام memang sudah sehat dan pulih kembali seperti sedia kala. Sehingga hal itu membuat Rahmah tidak mengenalinya. Karena sebelum ditinggalkan, Ayyub عليه السلام dalam keadaan sakit parah.

Dan Ayyub عليه السلام menyadari kebingungan yang menyelimuti istrinya. Dia berkata, "Apakah Anda masih ingat ciri-ciri Ayyubmu?" Rahmah akhirnya mengerenyitkan keningnya sambil mengingat ciri-ciri suaminya itu. Dan begitu ia sadar bahwa orang yang di depannya itu adalah orang yang dicarinya, dia berkata, "Spertinya tuan mirip sekali dengan Ayyub عليه السلام." Maka Ayyub pun tersenyum melihat istrinya. "Akulah Ayyub. Tuhanku telah menyembuhkanku,"



As-Suddi berkata, setelah Ayyub عليه السلام sembuh dari penyakitnya, dia merasa bingung akan sumpah yang pemah diucapkannya. Waktu itu, ia bersumpah, jika ia sembuh, maka ia akan mencambuk Rahmah sebanyak seratus kali. Hal inilah yang membuatnya tertekan. Karenanya, Jibril datang dan berkata pada Ayyub عليه السلام, "Hai Ayyub, ambillah seratus dahan dari ujung tangkai pohon. Kemudian jadikan dahan itu sebagai cambuk. Dan pukulkanlah cambuk itu pada Rahmah sekali saja. Maka kamu sudah bebas dari sumpahmu." Ayyub عليه السلام akhimya mengerti petunjuk tersebut dan ia pun bebas dari beban sumpahnya. Masih menurut As-Suddi, beliau terus menerus merasakan kenikmatan dan kebahagiaan di atas sampai meninggal dunia. Usia beliau saat itu adalah tujuh puluh tiga tahun. Keterangan lainnya mengatakan bahwa usianiya ketika meninggal dunia mencapai seratus tahun.

Setelah Ayyub عليه السلام wafat, beliau dimakamkan di Hauran. Sedangkan anakl-anaknya sepeninggal Ayyub عليه السلام, senantiasa meneruskan ajaran ayahnya, yaitu beribadah dan taat kepada Allah. Anak Ayyub عليه السلام yang paling tua bemama Hawamil, kemudian disusul dengan Maqil, Rusyd, Rasyid dan Basyir (kelak menjadi Rasul dan Nabi Dzulkifli عليه السلام). Pada masa zaman Nabi Ayyub عليه السلام, raja yang berkuasa waktu itu adalah bernama Lam bin Di'am. Dia adalah salah seorang dari penguasa wilayah Syiria. (insya Allah akan dikisahkan pertempuran dengan Dzulkifli bin Ayyub عليه السلام)