Senin, 30 Juli 2012

Kitab Adab


1. Larangan memakai nama julukan Abul Qasim selain Rasulullah dan menerangkan nama-nama yang dianjurkan
·         Hadis riwayat Anas bin Malik , ia berkata:
Seseorang menyapa temannya di Baqi: Hai Abul Qasim! Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. berpaling kepada si penyapa. Orang itu segera berkata: Ya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, aku tidak bermaksud memanggilmu. Yang kupanggil adalah si Fulan. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda: Kalian boleh memberi nama dengan namaku, tapi jangan memberikan julukan dengan julukanku. (Shahih Muslim No.3974)
·         Hadis riwayat Jabir bin Abdullah , ia berkata:
Seseorang di antara kami mempunyai anak. Ia menamainya dengan nama Muhammad. Orang-orang berkata kepadanya: Kami tidak akan membiarkanmu memberi nama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Orang itu berangkat membawa anaknya yang ia gendong di atas punggungnya untuk menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Setelah sampai di hadapan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. ia berkata: Ya Rasulullah! Anakku ini lahir lalu aku memberinya nama Muhammad. Tetapi, orang-orang berkata kepadaku: Kami tidak akan membiarkanmu memberi nama dengan nama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda: Kalian boleh memberikan nama dengan namaku, tetapi jangan memberi julukan dengan julukanku. Karena, akulah Qasim, aku membagi di antara kalian. (Shahih Muslim No.3976)
·         Hadis riwayat Abu Hurairah , ia berkata:
Abul Qasim, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda: Berikanlah nama dengan namaku, tetapi jangan memberikan julukan dengan julukanku. (Shahih Muslim No.3981)
2. Sunah merubah nama buruk menjadi nama yang baik, mengubah nama Barrah menjadi Zainab, Juwairiyah dan sebagainya
·         Hadis riwayat Abu Hurairah , ia berkata:
Semula nama Zainab adalah Barrah. Orang mengatakan, ia membersihkan dirinya. Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. memberinya nama Zainab. (Shahih Muslim No.3990)
3. Haram hukumnya menamakan dengan Malikul Amlak dan Malikul Muluk (Raja Diraja)
·         Hadis riwayat Abu Hurairah :
Dari Nabi Shallallahu alaihi wassalam., beliau bersabda: Nama yang paling jelek di sisi Allah adalah seorang yang bernama Malikul Muluk. Ibnu Abu Syaibah menambahkan dalam riwayatnya: Tidak ada malik (raja) kecuali Allah Taala.. (Shahih Muslim No.3993)
4. Sunah mentahnik (mengolesi mulut dengan makanan manis) anak yang baru lahir dan membawanya kepada orang yang saleh agar mentahniknya, boleh memberi nama pada hari kelahirannya, sunah memberi nama dengan Abdullah, Ibrahim dan nama-nama para nabi yang lain
·         Hadis riwayat Abu Musa , ia berkata:
Anakku lahir, lalu aku membawanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam., beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya (mengolesi mulutnya) dengan kurma. (Shahih Muslim No.3997)
·         Hadis riwayat Aisyah , ia berkata:
Asma binti Abu Bakar keluar pada waktu hijrah saat ia sedang mengandung Abdullah bin Zubair. Ketika sampai di Quba’, ia melahirkan Abdullah di Quba’. Setelah melahirkan, ia keluar menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. agar beliau mentahnik si bayi. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. mengambil si bayi darinya dan beliau meletakkannya di pangkuan beliau. Kemudian beliau meminta kurma. Aisyah berkata: Kami harus mencari sebentar sebelum mendapatkannya. Beliau mengunyah kurma itu lalu memberikannya ke mulut bayi sehingga yang pertama-tama masuk ke perutnya adalah kunyahan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Selanjutnya Asma berkata: Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. mengusap bayi, mendoakan dan memberinya nama Abdullah. Tatkala anak itu berumur tujuh atau delapan tahun, ia datang untuk berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Ayahnya, Zubair yang memerintahkan demikian. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. tersenyum saat melihat anak itu menghadap beliau. Kemudian ia membaiat beliau. (Shahih Muslim No.3998)
·         Hadis riwayat Aisyah bahwa:
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. dibawakan seorang bayi lalu beliau memberkatinya dan mentahniknya. (Shahih Muslim No.4000)
·         Hadis riwayat Sahal bin Saad , ia berkata:
Al-Mundzir bin Abu Usaid, ketika baru dilahirkan, dibawa menghadap Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Beliau meletakkan di pangkuannya sedangkan Abu Usaid duduk. Lalu perhatian Nabi Shallallahu alaihi wassalam. tercurah pada sesuatu di depan beliau. Maka Abu Usaid menyuruh seseorang mengangkat anaknya dari atas paha Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. dan memindahkannya. Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. tersadar, beliau bertanya: Mana anak itu? Abu Usaid menjawab: Kami memindahkannya, ya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bertanya: Siapa namanya? Abu Usaid menjawab: Fulan, ya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda: Tidak, tetapi namanya adalah Mundzir. Jadi, pada hari itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. memberinya nama Mundzir. (Shahih Muslim No.4002)
5. Boleh seseorang memanggil anak orang lain dengan ya bunayya (wahai anakku), dan disunatan hal itu untuk berkasih-sayang
·         Hadis riwayat Mughirah bin Syu`bah , ia berkata:
Tak seorang pun bertanya tentang Dajjal kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. lebih banyak dari pertanyaanku kepada beliau dalam persoalan itu. Maka beliau bersabda: Wahai anakku! Apa yang membuatmu berpayah-payah memikirkannya? Sesungguhnya ia (Dajjal) tidak bakal membahayakanmu. Aku (Mughirah) berkata: Orang-orang beranggapan, bahwa ia akan memiliki sungai-sungai air dan gunung-gunung roti. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda: Yang lebih dari itu, sangat mudah bagi Allah. (Shahih Muslim No.4005)
6. Meminta izin
·         Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri , ia berkata:
Aku sedang duduk dalam majlis orang-orang Ansar di Madinah lalu tiba-tiba Abu Musa datang dengan ketakutan. Kami bertanya: Kenapa engkau? Ia menjawab: Umar menyuruhku untuk datang kepadanya. Aku pun datang. Di depan pintunya, aku mengucap salam tiga kali tetapi tidak ada jawaban, maka aku kembali. Tetapi, ketika bertemu lagi, ia bertanya: Apa yang menghalangimu datang kepadaku? Aku menjawab: Aku telah datang kepadamu. Aku mengucap salam tiga kali di depan pintumu. Setelah tidak ada jawaban, aku kembali. Sebab, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. telah bersabda: Apabila salah seorang di antara kalian minta izin tiga kali dan tidak mendapatkan jawaban, maka hendaklah ia kembali. (Shahih Muslim No.4006)
·         Hadis riwayat Abu Musa Al-Asy`ari bahwa:
Ketika Abu Musa datang kepada Umar bin Khathab, ia mengucap: Assalamu`alaikum, ini Abdullah bin Qais, tetapi tidak ada jawaban, maka sekali lagi ia mengucap: Assalamu`alaikum, ini Abu Musa. Assalamu`alaikum ini Al-Asy`ari. Ketika ia berbalik hendak pulang, Umar muncul dan berkata: Kembali! Kembalilah kemari! Setelah Abu Musa datang, Umar bertanya: Hai Abu Musa ! Mengapa engkau cepat-cepat hendak pulang? Kami sedang melakukan suatu pekerjaan. Abu Musa berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda: Minta izin itu tiga kali. Jika engkau mendapat izin, maka engkau boleh masuk tetapi kalau tidak, maka pulanglah. (Shahih Muslim No.4010)
7. Makruh menjawab dengan kata “aku” bagi orang yang minta izin ketika ditanya “siapa ini?”
·         Hadis riwayat Jabir bin Abdullah , ia berkata:
Aku datang mengunjungi Nabi Shallallahu alaihi wassalam. lalu menyapa kemudian Nabi Shallallahu alaihi wassalam. bertanya: Siapa ini? Aku menjawab: Aku. Nabi Shallallahu alaihi wassalam. lalu keluar seraya berucap: Aku, aku. (Shahih Muslim No.4011)
8. Haram memandang ke dalam rumah orang lain
·         Hadis riwayat Sahal bin Saad As-Saidi :
Bahwa seorang lelaki mengintip pada lubang pintu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Ketika itu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. membawa sisir yang beliau gunakan untuk menggaruk kepala. Pada waktu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. melihat orang itu, beliau bersabda: Seandainya aku tahu engkau memandangku tentu aku tusukkan sisir ini ke matamu. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. juga bersabda: Sesungguhnya disyariatkan minta izin itu (memasuki rumah) hanyalah untuk menghindari penglihatan. (Shahih Muslim No.4013)
·         Hadis riwayat Anas bin Malik :
Bahwa seseorang melongok dari salah satu bilik Nabi Shallallahu alaihi wassalam. kemudian Nabi Shallallahu alaihi wassalam. beranjak menghampirinya dengan membawa anak panah bermata lebar. Aku seakan-akan melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. mengintai hendak menikamnya. (Shahih Muslim No.4015)
·         Hadis riwayat Abu Hurairah :
Dari Nabi Shallallahu alaihi wassalam., beliau bersabda: Barang siapa melongok ke dalam rumah suatu kaum tanpa izin mereka, maka mereka boleh mencungkil matanya. (Shahih Muslim No.4016)

Sumber: Kumpulan Hadits Shahih Muslim