Pada masa-masa awal dakwah Rasulullah
SAW di Mekkah, terjadi kegelisahan di antara kaum Quraisy akibat syiar
Islam yang gencar disampaikan Rasulullah SAW. Saat itu, Rasulullah SAW
ditakdirkan Allah SWT berada di bawah lindungan pamannya, Abu Thalib,
yang merupakan salah satu tokoh Quraisy yang disegani.
Demi tujuan melenyapkan cahaya Islam,
akhirnya kaum kafir Quraisy pun bersepakat untuk membunuh Rasulullah
SAW. Namun, sebelum melakukannya, mereka berusaha menjumpai Abu Thalib
terlebih dahulu. Suatu saat para pembesar Quraisy datang kepada Abu
Thalib. Mereka lalu mengatakan, “Keponakan anda mencaci-maki sesembahan
dan agama kami, menyebut kami orang-orang jahil (bodoh). Dia juga
mengatakan bahwa nenek moyang kami adalah orang-orang sesat. Sekarang
hukum dia atau biar kami yang melakukan. Kami tidak bisa bersabar lagi
menghadapinya.”
Abu Thalib menyadari situasi gawat yang
dihadapinya. la memanggil keponakan tercintanya dan menceritakan semua
yang dikatakan oleh para pembesar Quraisy. la berkata, “Jagalah dirimu
dan diriku dan jangan membebaniku dengan sesuatu yang melebihi
kemampuanku.”
Mendengar hal itu, dengan tenang dan teguh hati, Rasulullah SAW menjawab, “Walaupun
mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan
kiriku agar aku berpaling dari risalah yang aku bawa, aku tidak akan
berhenti sampai Allah SWT mengantarkan aku pada kejayaan Islam atau aku
binasa karenanya.“
Tersentuh oleh nada tinggi dari jawaban
keponakan tersayangnya, Abu Thalib menjawab, “Lakukan apa yang ingin
kamu lakukan! Demi Tuhan Pemelihara Ka’bah, aku tidak akan menyerahkanmu
pada mereka.”
……..
Sungguh luar biasa keteguhan hati
Rasulullah SAW. Beliau hanya takut pada Allah SWT semata, padahal saat
itu pengikutnya masih sedikit sekali. Jangan sampai kita sia-siakan
pengorbanan beliau, apalagi sampai mengorbankan keimanan kita untuk
sekedar alasan dunia semata. Allahuma shalli ‘ala sayyidina Muhammad.
Referensi:
A. Hakim Khan, The Prophet and Islam